Connect with us

EKONOMI

Perkembangan Ekonomi Berbasis Digital di NTT Masih Tertinggal

Published

on

Ketua Wantimpres Sri Adiningsih bersama Wagub NTT Josef Nae Soi

Kupang, Penatimor.com – Perkembangan ekonomi berbasis digital di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) masih tertinggal dibandingkan dengan daerah lain seperti Makasar dan wilayah barat Indonesia pada umumnya.

Ketua Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres), Sri Adiningsih sampaikan ini saat berkunjung ke NTT dan bertemu dengan Wakil Gubernur, Josef A. Nae Soi di Ruang Rapat Gubernur, Selasa (19/3/2019).

Menurut Adiningsih, kesulitan yang sering ditemui adalah masih minimnya infrastruktur untuk jaringan internet, daya dukung listrik dan sumber daya manusia yang masih terbatas.

“Dengan semboyan membangun dari pinggiran, pemerintah menargetkan ratio elektrifikasi tahun 2019 mencapai 99,9 persen, serta pemasangan proyek palapa ring yang sudah mencapai 90 persen untuk wilayah timur Indonesia dan Juni ini ditargetkan sudah 100 persen,” ungkapnya.

Pada kesempatan itu, Adiningsih menjelaskan terkait perkembangan ekonomi Indonesia di era digital. Dia mendorong pengembangan ekonomi digital karena mampu meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat NTT secara lebih cepat.

“NTT punya potensi besar dan sudah mulai berkembang menuju ekosistem ekonomi baru berbasis digital. Ekosistem start-up juga sudah mulai berkembang. Politeknik Negeri Kupang sudah mulai menggarap itu. Kalau sistem ekonomi baru ini dapat dioptimalkan, NTT akan lebih cepat bangkit menuju sejahtera,” jelasnya.

Masyarakat NTT, menurut dia, sudah familiar dengan ekonomi digital. “Bila kita membuka aplikasi start-up nasional yang sudah beken, ternyata ada beberapa produk dari NTT di dalamnya. Kaum milenial NTT tampaknya sudah mulai menggarap dan memanfaatkan peluang ini,” ujar Adiningsih.

Dia menyampaikan, pemerintah juga melakukan peningkatan program jaringan internet masuk desa. Melalui Sistem Informasi Desa dan Kawasan (SIDEKA), sudah ada 6.028 desa terkoneksi internet dan masih akan terus diperluas.

“Ada juga pelatihan gratis untuk peningkatan sumber daya manusia dari berbagai kementerian dan lembaga. Tahun 2020, ditargetkan akan muncul 1.000 technopreneur baru,” paparnya.

Alamanda Shantika, salah seorang pendiri aplikasi Gojek dalam sharing pengalamannya mengungkapkan, secara umum anak-anak NTT punya kemampuan nalar yang baik.

Kesan ini diperolehnya setelah pada tahun 2018, Binar Academy, lembaga yang didirikannya untuk melatih anak-anak muda membuat aplikasi bernilai ekonomis, mengadakan pelatihan di Kupang bekerja sama dengan Telkomsel.

Dari 180 peserta yang mendaftar melalui tes, ada 60 orang yang lulus. Pelatihan berlangsung selama sebulan di hotel secara gratis.

“Dari pelatihan yang sudah kami lakukan sejak dua tahun lalu, ini merupakan jumlah persentasi kelulusan tertinggi untuk Indonesia. Sebelumnya tingkat kelulusan hanya mencapai 4 sampai dengan 6 persen. Di Kupang, kita sangat surprised bisa mencapai 33 persen. Malahan ada 20 dari 60 peserta yang mendapat nilai 100 untuk logic test ini,” sebut Alamanda.

Tantangan yang dialami dalam pelatihan ini, lanjut dia, adalah soal perangkat. Ada sekitar 12 dari 16 orang anak yang tidak punya perangkat atau laptop sendiri saat mengikuti pelatihan. Juga tidak ada fasilitas untuk pembelajaran programming di luar universitas.

“Di kupang sini juga tidak ada tenaga ahli atau mentor yang dapat membagikan pembelajaran tentang programming sehingga harus kami datangkan dari Yogyakarta. Layanan internet di Kupang juga masih sangat minim dan sulit,” tandasnya.

Menanggapi hal ini, Wakil Gubernur NTT menegaskan, dalam semangat NTT Bangkit menuju Sejahtera, Pemerintah Provinsi terus berupaya untuk meningkatkan ratio elektrifikasi di NTT dan juga memperluas daya jangkauan internet.

“Kami tidak akan sungkan-sungkan untuk berkoordinasi dengan pemerintah pusat khususnya ibu ketua Wantimpres menyangkut kedua hal ini. Minggu lalu, saya baru menghadap Menteri Kominfo, Bapak Rusdiantara meminta bantuan perluasan jaringan internet,” ungkap Nae Soi.

“Bulan depan, Pak Rusdiantara kasih 439 BTS (Base Transceiver Station) untuk NTT. Kami juga sedang mengupayakan Sertifikasi Indikasi Geografis untuk kain tenun kami demi meningkatkan nilai ekonomisnya,” imbuhnya. (R2)

Advertisement


Loading...
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *