HUKRIM
Jembatan Termanu Putus Total, Warga Amfoang Terisolasi, Butuh Aksi Cepat Pemerintah

OELAMASI, PENATIMOR – Air sungai Termanu yang sempat meluap akibat banjir bandang sejak Jumat hingga Sabtu kini mulai surut.
Masyarakat setempat sudah bisa melintas dengan berjalan kaki, namun kendaraan roda dua maupun roda empat masih belum dapat melewati sungai tersebut.
Banjir yang terjadi menyebabkan putusnya Jembatan Termanu, satu-satunya akses penghubung antara Kecamatan Amfoang Barat Daya, Amfoang Barat Laut, Amfoang Utara, dan Amfoang Timur, Kabupaten Kupang.
Akibatnya, arus transportasi dari dan ke wilayah tersebut lumpuh total selama beberapa hari terakhir.
Kapolres Kupang, AKBP Anak Agung Gde Anom Wirata, S.I.K., M.H., menjelaskan bahwa debit air sungai mulai menurun sejak Minggu pagi, memungkinkan warga untuk menyeberang meskipun harus tetap berhati-hati.
“Ya, airnya sudah mulai surut dan sudah bisa dilewati pejalan kaki, namun kendaraan belum bisa melintas,” ungkapnya.
Kapolres juga mengimbau masyarakat agar tidak memaksakan diri melintasi sungai jika kondisi masih berbahaya.
“Keselamatan warga adalah prioritas utama. Kami juga sudah berkoordinasi dengan pemerintah daerah untuk mempercepat proses pemulihan akses di wilayah ini,” ujarnya.
Selain itu, pihak kepolisian bersama instansi terkait terus memantau perkembangan di lapangan. Upaya pencarian solusi untuk membuka kembali akses transportasi sedang dilakukan agar aktivitas masyarakat dapat segera kembali normal.
Diberitakan sebelumnya, jembatan Termanu yang selama ini menjadi akses utama bagi warga Amfoang akhirnya putus total setelah diterjang banjir sejak Kamis (30/1/2025) malam.
Puncaknya terjadi pada Sabtu (1/2/2025) sekitar pukul 07.00 Wita, membuat akses ke Kecamatan Amfoang Barat Laut, Amfoang Utara, dan Amfoang Timur lumpuh total.
Menurut Kapolres Kupang, kondisi jembatan memang sudah mengkhawatirkan sejak lama.
“Jembatan ini sudah mengalami kemiringan akibat hantaman banjir di tahun-tahun sebelumnya. Struktur yang hanya beralaskan kayu balok memang sudah dalam kondisi memprihatinkan dan rawan saat dilintasi kendaraan,” jelasnya.
Seorang warga setempat, Yohanis Wabang, mengungkapkan bahwa masyarakat sudah lama mengkhawatirkan kondisi jembatan tersebut.
“Setiap musim hujan, jembatan ini selalu terancam ambruk. Kami berharap ada perhatian dari pemerintah untuk membangun jembatan yang lebih kokoh,” ujarnya.
Dengan putusnya Jembatan Termanu, masyarakat di wilayah Amfoang kini harus mencari jalur alternatif yang lebih jauh dan sulit dilalui. Akibatnya, aktivitas ekonomi dan mobilitas warga menjadi terganggu.
Hingga berita ini diturunkan, pemerintah daerah dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) masih melakukan koordinasi untuk penanganan darurat.
Masyarakat berharap pemerintah segera mengambil langkah cepat untuk membangun kembali jembatan yang rusak, mengingat jalur tersebut merupakan akses vital bagi warga Amfoang.
Sementara itu, warga yang hendak melintas sungai diimbau untuk tetap berhati-hati guna menghindari risiko kecelakaan akibat arus yang masih cukup kuat.
Aparat keamanan bersama relawan setempat juga terus bersiaga guna memastikan keselamatan warga yang melintas. (mel)
