SPORT
Langkah Terhenti Setelah Mencetak Sejarah Baru, Semangat Tak Pernah Mati
Dalam sorotan lampu Stadion H. Dimurthala, suara-suara dukungan masih terdengar meski langkah tim sepak bola putra Nusa Tenggara Timur (NTT) terhenti di babak 8 besar PON XXI Aceh-Sumut 2024.
OBED GERIMU, Banda Aceh
Tim sepak bola NTT kalah tipis dari tim kuat Jawa Timur dengan skor 0-1. Sungguh ini sebuah hasil yang membuat hati rakyat NTT bergetar, bukan karena kekalahan, tetapi karena perjuangan yang tak kenal lelah.
Di bawah asuhan pelatih Adnan Mahing dan asistennya Patrick Domal, tim NTT tidak hanya menampilkan sepak bola, tetapi juga mempersembahkan hati dan jiwa mereka di setiap pertandingan.
Sejak babak penyisihan grup, mereka menunjukkan permainan yang khas—penuh semangat, taktik yang matang, dan kebersamaan yang luar biasa.
Tergabung di grup D bersama Gorontalo, Kalimantan Selatan, dan Sumatera Barat, tim NTT menampilkan performa yang memukau.
Mereka memulai laga fase grup dengan hasil imbang 0-0 melawan Kalimantan Selatan, sebelum menundukkan Sumatera Barat 1-0. Puncaknya adalah ketika mereka menghempaskan Gorontalo dengan skor telak 4-0, sebuah kemenangan gemilang yang memicu harapan besar dari para pendukung.
Dengan hasil tersebut, NTT memastikan tempat di babak 8 besar sebagai runner-up grup D, sekaligus pencapaian bersejarah bagi sepak bola NTT di ajang PON.
Ini adalah pertama kalinya tim sepak bola NTT menembus babak 8 besar setelah tiga kali tampil di ajang PON.
Keberhasilan ini semakin mengesankan karena mereka menjadi satu-satunya tim di PON XXI yang tak pernah kebobolan selama fase grup, berkat kepiawaian kiper Bryan Fomeni dan pertahanan solid yang bekerja seperti mesin tak terhentikan.
Namun, takdir berkata lain di babak 8 besar. Melawan tim Jawa Timur, Crespo Hale dan kawan-kawan bermain dengan penuh semangat. Mereka mendominasi jalannya laga, terutama di babak kedua, meski akhirnya gagal mencetak gol.
Semua mata penonton tertuju pada mereka, bukan hanya karena gaya permainan mereka, tetapi juga karena semangat yang mereka bawa ke lapangan hijau.
Di akhir pertandingan, meski kekalahan sudah tercatat di papan skor, gemuruh dukungan tak berhenti datang.
Seorang pria Aceh berteriak dari tribun, “Semangat NTT! Walau kalah, tapi kalian kalah terhormat. Kalian luar biasa! Bagi kami, kalianlah juaranya, wasit sungguh tidak fair!”
Pernyataan tersebut tentu sangat beralasan, sekaligus menggambarkan kekecewaan yang dirasakan banyak penonton. Mereka merasa bahwa NTT pantas mendapatkan lebih.
Kontroversi mulai muncul ketika wasit menganulir gol yang seharusnya milik NTT, dan mengabaikan pelanggaran di dalam kotak penalti yang dialami pemain NTT. Keputusan-keputusan ini menimbulkan keraguan atas keadilan wasit di pertandingan itu.
Ketidakadilan wasit tidak hanya mencederai pertandingan NTT, tetapi juga menjadi perhatian besar ketika kejadian serupa terjadi dalam laga antara Aceh dan Sulawesi Tengah. Publik mulai mempertanyakan netralitas dan profesionalisme pengadil lapangan.
Bagi tim NTT, mimpi untuk meraih medali emas harus ditunda. Mereka tak bisa melangkah lebih jauh di PON kali ini, namun mereka meninggalkan jejak yang tak akan dilupakan.
Manajer tim, Ridwan Angsar, bersama pelatih dan para pemain, harus kembali ke NTT dengan kepala tegak, meski langkah mereka terhenti di bumi Serambi Mekkah, namun mereka telah membuat sejarah baru bagi NTT di PON XXI Aceh-Sumut.
“Ini belum akhir dari segalanya. Kami akan kembali lebih kuat untuk PON 2028 di NTB-NTT. Perjuangan kami belum selesai,” kata Adnan Mahing dengan penuh optimisme.
Di lapangan hijau, mungkin mereka kalah. Namun di hati rakyat NTT, mereka adalah pahlawan. Para pemain muda ini telah membawa kebanggaan dan harapan bagi NTT, bukan hanya untuk saat ini, tetapi juga untuk masa depan yang lebih cerah.
Bravo tim sepak bola putra NTT! Kalian sangat luar biasa. Kalian telah mengukir sejarah baru dengan membawa NTT lolos ke babak 8 besar PON. Dengan empat kali pertandingan dan hanya sekali saja kemasukan gol, itu sungguh luar biasa. Tetap semangat! (*)