Connect with us

EKONOMI

Bisnis Kelor, Pelaku UMKM Binaan Dekranasda NTT Raih Omset Puluhan Juta Per Bulan

Published

on

Siprianus Asuat salah satu pelaku UMKM yang berhasil meraih omset puluhan juta per bulan dari bisnis tanaman kelor di Kabupaten TTU.

KUPANG, PENATIMOR – Kisah sukses Siprianus Asuat, salah satu pelaku UMKM yang berhasil meraih omset puluhan juta per bulan dari bisnis tanaman kelor (Moringa olifeira) yang dijalaninya selama ini.

Siprianus merupakan pendiri salah satu UMKM di Desa Inbate, Kecamatan Bikimo Nilulat, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Provinsi NTT.

Tanaman kelor di tangannya berhasil diolah menjadi produk teh dan tepung dengan label “Kalorin” yang artinya “Kelor Inbate”.

“Usaha tanaman kelor berkembang berkat kerja sama dan bantuan Dapur Kelor binaan Dekranasda NTT,” kata Siprianus Asuat kepada awak media, Senin (6/9/2022) petang.

Selain sebagai pelaku UMKM, ia juga memiliki lahan pertanian tanaman kelor seluas 2 hektare.

Usaha kelor mulai digelutinya sejak tahun 2016, namun baru dikenal luas pada tahun 2021.

Produksi teh dan tepung Kelorin sudah berjalan cukup lama, dimana ia bekerja sama dengan Dinas Perindustrian untuk mengurus proses izin dari Balai POM.

Usaha tanaman kelor yang ditekuninya telah memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat pada dua kecamatan di Kabupaten TTU.

Sebelumnya kelor diambil dari wilayah Desa Inbate. Namun saat ini ia telah mengambil kelor dari dua kecamatan tersebut karena hasil produksi meningkat signifikan.

Sementara itu, rumah produksi Kelorin telah memiliki 21 karyawan terdiri dari pelajar, pemuda dan orang tua.

Setiap bulan, produksi teh Kelorin telah mencapai 412 bungkus, dan tepung Kelorin sebanyak 514 bungkus.

Produk teh Kelorin berisi 30 sachet seharga Rp30 ribu, sedangkan tepung Kelorin dengan berat 100 gram seharga Rp40 ribu.

“Hasil produksi sudah dijual oleh Jabal Mart dan Apotik Surya Farma di Kabupaten TTU,” sebut Siprianus.

Bantuan Dapur Kelor dan Dekranasda

Siprianus Asuat mengaku mengenal Dapur Kelor pada tahun 2019.

Setelah ada izin Balai POM, ada seorang ibu dari Dinas Perindustrian NTT memfasilitasinya bertemu dengan Dapur Kelor kemudian didaftarkan ke Dekranasda NTT.

Pada tahun 2019, ia mendapat bantuan dari Dinas Perindustrian NTT berupa mesin produksi tepung berkapasitas 6kg.

Kemudian pada tahun 2021, ia dapatkan bantuan 5 unit mesin pengering dari Dekranasda NTT untuk mendukung produksi kelor.

Hasil bantuan dari Dapur Kelor dan Dekranasda NTT ini sangat membantu usahanya, dan meningkatkan perekonomian masyarakat.

Dari hasil tanaman kelor, Siprianus mengaku mendapat keuntungan hingga Rp30 juta per bulan.

Dengan penghasilan itu, ia bisa melanjutkan kuliah bersama anak-anaknya.

Selain itu, ada dua karyawannya juga dapat menyekolahkan dua anaknya ke jenjang SMA dan perguruan tinggi di Kupang.

Tidak hanya itu, berkat peningkatan rumah produksi Kalorin, ia bisa membeli 1 unit mobil Toyota Avanza.

Direktur PT. Moringa Wira Nusa sekaligus Founder Dapur Kelor, Ir. H. Dedi Krisnadi, mengatakan, program kelorisasi yang dibuat Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat kini sudah berbuah manis.

Berdasarkan data yang dihimpun dari Dapur Kelor, setiap bulannya program kelorisasi memiliki dampak ekonomi yang luar biasa untuk rumah tangga dan para pelaku UMKM di NTT.

Dapur Kelor selama ini mengambil dari 36 sentra pengolahan, ditambah 14 petani mitra yang merupakan binaan Dekranasda.

Dedi juga menyebutkan, pada bulan Juli 2022, kelor yang berhasil diproduksi sudah mencapai 3,8 ton kering. Jumlah ini lebih tinggi dari beberapa bulan sebelumnya.

Dari jumlah ini, Dapur Kelor sudah bisa memenuhi kebutuhan akan kelor bagi 16.000 jiwa.

“Kita menargetkan mulai bulan September nanti produksi kelor kita bisa mencapai minimum 7,2 ton per bulan,” ungkapnya.

Target ini ditetapkan dengan dasar bahwa peralatan produksinya sudah didistribusikan ke sentra-sentra produksi yang ada.

Menurut Dedi, Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat sudah memiliki gagasan yang sangat bagus tentang pemanfaatan kelor ini.

Ia juga sangat bersyukur karena Bunda Julie Sutrisno Laiskodat melalui Dekranasda NTT dan Tim Penggerak PKK mampu menerjemahkan gagasan Gubernur NTT dan berkolaborasi dengan berbagi pihak

Melalui Dekranasda NTT dan TP PKK, Dedi mengaku telah melakukan pendampingan dan pemberdayaan pengelolaan kelor sebanyak 14 kelompok mitra binaan petani Dekranasda NTT dan TP PKK. (wil)

Advertisement


Loading...