Connect with us

KOTA KUPANG

Anak Muda di NTT Lawan Paham Radikal dengan Konten Kreatif

Published

on

PELATIHAN. Kegiatan Pelibatan Pemuda Dalam Pencegahan Terorisme Dengan Pitutur Kebangsaan dengan tema Ekspresi Indonesia Muda di Aula Komodo SMKN 3 Kupang, Senin (4/7/2022), sekaligus Pelatihan pembuatan konten kreatif melalui FKPT NTT.

KUPANG, PENATIMOR – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mengajak kaum muda Nusa Tenggara Timur (NTT) membuat konten-konten media sosial yang dapat melawan terorisme dan paham radikalisme.

Maira Himadhani selaku Sub Koordinator Partisipasi Masyarakat BNPT RI mengajak kaum muda untuk memanfaatkan media sosial untuk dapat menangkal bibit-bibit perpecahan di tengah masyarakat.

Hal tersebut disampaikan pada kegiatan Pelibatan Pemuda Dalam Pencegahan Terorisme Dengan Pitutur Kebangsaan dengan tema Ekspresi Indonesia Muda.

Kegiatan ini berlangsung di Aula Komodo SMKN 3 Kupang, Senin (4/7/2022), sekaligus sebagai Pelatihan pembuatan konten kreatif melalui Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) NTT.

“BNPT mengajak semua insan milenial untuk membuat konten kebangsaan yang juga akan dilombakan,” kata dia.

BNPT sendiri mencatat persoalan terorisme menjadi kejahatan luar biasa terhadap kehidupan manusia terutama saat ini menyasar pengguna media sosial.

“Perekrutan dimulai dari mempengaruhi kelemahan masyarakat dan melalui media sosial, maka ini harus dilawan juga dengan konten yang kreatif tentang kebangsaan,” ungkapnya.

Ia juga pada kesempatan tersebut mengajak anak-anak muda mengikuti lomba kreatif dengan basis penggunaan media sosial yang diselenggarakan pihaknya bersama FKPT NTT.

Kepala Badan Kesbangpol, Yohanes Oktovianus, dalam kesempatan yang sama menyebut peran anak muda sebagai pengguna media sosial memang berpengaruh dengan cara yang bijak.
Islamophobia itu, ujarnya, dibentuk dari kurangnya informasi bahwa Islam dasarnya mengajarkan damai dan kebaikan. Maka pemuda harus berani melawan benih terorisme dan stigma ini dengan cara kreatif seperti membuat konten yang berpengaruh mengubah pemikiran radikalisme.

Selain itu kearifan lokal adalah identitas yang dipertahankan dan perlu dikembangkan anak muda pula. Kearifan lokal adalah produk intelektualitas masyarakat.

Sedangkan dalam ajaran-ajaran radikal dihasut untuk menghindari hal ini sehingga perlu diperbaiki pula oleh anak muda dengan cara masing-masing di media sosial.

“Pemuda bisa melawan intoleran ini dan terus mengangkat nilai-nilai kebangsaan,” ujarnya.

Kegiatan ini diikuti 100 pelajar, mahasiswa dan organisasi kepemudaan menghadirkan narasumber dari BNPT, Maira Himadhani (Subkoor Partisipasi Masyarakat) dan Lulu Pranidar dan perwakilan BAIS, Eko Ashori (Wadanden 1/II Satra Satintel BAIS). (mel)

Advertisement


Loading...