Connect with us

PENDIDIKAN & SASTRA

100 Guru di Kota Kupang Dibekali Moderasi Beragama

Published

on

Training of Trainer menjadi guru pelopor moderasi beragama di sekolah yang digelar BNPT dan FKPT NTT di Aula Gereja HKBP Kupang, Jumat (27/5/2022).

KUPANG, PENATIMOR – Sebanyak 100 orang guru di Kota Kupang mengikuti Training of Trainer menjadi guru pelopor moderasi beragama di sekolah yang digelar BNPT dan FKPT NTT.

Kegiatan yang dipadukan dengan lomba pembuatan bahan ajar video sosiodrama moderasi beragama digelar di Aula Gereja HKBP Kupang, Jumat (27/5/2022).

100 guru peserta terdiri dari guru kelas dari PAUD, TK/LA, SD/MIS, SMP/MI, SMA/SMK/SMA di Kota Kupang dan diikuti secara daring oleh guru dan sekolah di luar Kota Kupang.

Para guru dibekali ilmu oleh Kasubdit Pemberdayaan Masyakat BNPT, Kol CZI Rahmat Suhendro, Pendeta Maradona Sibagariang, MSi., dari gereja HKBP dan perwakilan dari BNPT NTT.

Suster Marselina Lidu, Staf Khusus Gubernur NTT Bidang Pendidikan Karakter yang mewakili Gubernur NTT, saat membuka kegiatan ini menyebutkan bahwa guru dan bahan ajar adalah hal yang sangat vital dan setiap agama punya kitab suci.

Suster Marselina Lidu, Staf Khusus Gubernur NTT Bidang Pendidikan Karakter.

“Guru dan anak menjalankan kurikulum pemerintah dan diberikan inovasi. Harus menjalankan dan mengaplikasikan ‘kurikulum Allah’ yang tertulis dalam kitab suci,” tandas Suster Marselina yang juga Kepala SMA Bhaktyarsa Maumere, Kabupaten Sikka.

Ia mengajak semua pihak melakukan kurikulum Allah karena tidak pernah mengajarkan kekerasan.

Dia pun berharap sekolah harus menjadi ‘rumah’ bagi guru dan anak didik.

“Perlu cari jalan tengah jika ada konflik mulai dari ruang kelas. Harus belajar mengolah rasa dan cara berpikir. Perlu kerjasama semua pihak agar NTT jadi surga tempat belajar pembawa damai,” pesan Suster Marselina.

Lomba sosiodrama, tambahnya membawa berkah dan peserta menjadi berkah bagi orang lain membawa kasih Allah.

“Pendidik harus menjadi pelopor mulai dari rumah menjadi pendidik bagi keluarga dan anak didik,” ujarnya.

Kabid Agama, Sosial, Ekonomi dan Budaya FKPT NTT, Boli Tonda Baso, MSi., dalam laporannya, menyebutkan kegiatan yang digelar merupakan kegiatan berkelanjutan terkait moderasi beragama agar menjadikan guru sebagai pelopor moderasi beragama dan mengkampanyekan moderasi beragama melalui video pendek.

Guru menjadi sasaran karena guru dan bahan ajar merupakan sarana transformasi vital sehingga perlu dibentengi sehingga kegiatan membekali guru dalam memperkuat imunitas kebangsaan di sekolah terhadap paham radikalisme sedini mungkin.

Output dari kegiatan ini adalah guru menjadi pelopor moderasi beragama di sekolah dan lingkungan karena guru memiliki pemahaman dan bisa melakukan kontra terhadap paham terorisme.

“Semakin banyak bahan ajar yang mengandung moderasi beragama maka sangat bermanfaat membentengi masyarakat dari paham radikalisme,” tandasnya.

Alasan pelaksanaan kegiatan di gereja karena hasil merupakan koordinasi juga FKPT NTT ingin menampilkan simbol kerukunan di NTT karena bangunan rumah ibadah HKBP berdampingan dengan masjid.

Kasubdit Pemberdayaan Masyakat BNPT, Kol CZI Rahmat Suhendro dalam sambutannya, mengatakan, kegiatan yang digelar sebagai upaya membekali pemahaman pencegahan dan menggerakkan para guru membuat video sosio drama.

Diingatkan bahwa terorisme adalah ancaman nyata bagi kedamaian RI.
Selain itu kelompok pelaku terorisme tinggal di tengah masyarakat dan mungkin saja ada ditengah-tengah lembaga pendidikan sehingga perlu kewaspadaan dan perlu pencegahan dini.

BNPT, tandasnya, terus berupaya menekan terorisme dan juga ditanggulangi secara lunak dengan melibatkan berbagai komponen bangsa.

“Terorisme masih berkembang di masyarakat maka perlu keterlibatan pendidik dan kepala sekolah agar terorisme bisa diatasi hingga ke akar-akarnya,” tambahnya.

Pihaknya berharap para guru bisa mengembangkan strategi, saling menghormati dan menghargai kebhinekaan.

Disebutkan pula bahwa pendekatan lunak merupakan langkah tepat melakukan pencegahan.

Di sisi lain para pelaku juga adalah bagian dari masyarakat yang selalu menjadi virus.

Lomba yang digelar didedikasikan untuk moderasi beragama, sehingga pihaknya berharap anak didik jangan mudah tersusupi oleh pemahaman radikal terorisme dan jangan membawa agama menjadi tameng karena tidak ada agama yang mengajarkan kekerasan.

“Berpeganglah pada kitab suci. Hargailah agama orang lain,” ujarnya.

Guru diharapkan membuat kegiatan yang mengandung inovasi dan bukan atas unsur kekerasan serta perlu melibatkan semua stake holder untuk menyelesaikan berbagai persoalan. (mel)

Advertisement


Loading...