Connect with us

UTAMA

Pelajar SMP yang Gantung Diri di Kupang Dikenal Cerdas

Published

on

Lokasi gantung diri pelajar SMP di Kupang.

Kupang, penatimor.com – YPS alias Yohan (13), pelajar SMP di Kota Kupang yang tewas akibat gantung diri, merupakan anak yang pintar dan berprestasi di sekolah.

Hal itu diungkapkan, paman korban, Nahor L. Takaeb kepada wartawan, Selasa (15/10/2019).

“Yohan selalu mendapatkan rangking baik di kelas. Bahkan waktu dia masih di sekolah dasar (SD) dia juga dapat beasiswa karena berprestasi,” kata Nahor saat ditemui di rumahnya.

Sejak tahun 2012, kata Nahor, Yohan tinggal bersamanya di Jalan Hibrida, Kota Kupang. Itu pasca ibunya tewas dibunuh sang ayah, Antonius Sinaga dengan cara dicor menggunakan semen di belakang rumah.

Yohan dan kakak laki-lakinya bernama Ucok Sinaga sangat membenci ayahnya usai kejadian itu. Mereka bahkan tidak pernah membesuk bapaknya yang mendekam di penjara.

“Dia paling dekat dan disayang mamanya yang sudah meninggal. Itu makanya mereka benci. Selama di penjara, hanya dua saudara perempuannya saja yang pergi menjenguk ayahnya,” katanya.

Jenazah pelajar SMP di Kupa yang tewas setelah gantung diri.

Bibi korban, Yosina Takaeb (47) mengaku korban meninggalkan rumah pada Sabtu 12 Oktober 2019 lalu. Pihaknya berusaha mencari korban di keluarga lainnya, namun tidak ditemukan.

“Hanya cari biasa saja, tidak ada pikiran sampai terjadi kejadian ini,” ujar Nahor.

Korban sangat sedih dan terpukul saat ibunya tewas ditangan bapak kandungnya. Hal itulah yang membuat korban membenci sang ayah. Hal itu juga tertulis dalam surat wasiat yang ditinggalkannya untuk keluarga.

“Dia selalu ingat mama dia, kalau ada masalah dan marah dia, dia selalu ingat mamanya dia,” ujarnya.

Pengakuan dari Sekolah

Guru kelas korban, Eti Wabang mengaku, korban dikenal sebagai siswa yang cukup aktif di kelas. Pihak sekolah pun kaget saat mendengar korban nekat mengakhiri hidup dengan jalan bunuh diri.

“Dia memang nakal, tapi nakalnya seperti anak SMP pada umumnya,” ujarnya.

Para guru pun memastikan bahwa surat wasiat yang ditemukan di TKP merupakan tulisan tangan korban. “Kami sudah memastikan,” katanya.

Rekan siswa korban, Rando Abong (14) mengaku, korban pernah mengungkapkan bahwa sangat membenci ayahnya.

“Dia pernah curhat waktu di kelas VII, bilang mau bunuh bapaknya,” jelasnya.

Gantung Diri  di Lokasi Orangtuanya Dibunuh

YPS siswa kelas VIII SMP Kupang ditemukan tewas gantung diri, Senin (14/10/2019) pagi sekira pukul 09.15 wita.

Korban ditemukan tewas gantung diri dengan tali di kamar rumah orangtuanya.  Rumah tempat korban gantung diri merupakan rumah orang tua korban Anton Sinaga dan Yance Sunis yang sudah beberapa tahun dibiarkan kosong.

Rumah tersebut kosong pasca kejadian Anton membunuh Yance Sunis dan mengubur hidup-hidup istrinya pada November 2012 lalu di rumah tersebut. Saat ini Anton Sinaga menjalani hukuman di Lapas Penfui Kota Kupang sejak 2012 hingga 20 tahun kedepan.

Sejak 2012 lalu, korban tinggal dengan kerabat ibu nya di Kampung Amanuban Kelurahan Oebufu Kecamatan Oebobo Kota Kupang. Korban pertama kali ditemukan oleh Christofel Key (57), warga RT 04/RW 01 Kelurahan Oebufu Kecamatan Oebobo Kota Kupang.

Saat itu kambing gembalaan nya masuk ke rumah korban di lokasi kejadian. Christofel pun masuk dan mencium bau kurang sedap. Ia kaget melihat tubuh korban tergantung dengan tali pada tiang rumah dan korban sudah meninggal.

Saat ditemukan, tubuh korban sudah membengkak dan membusuk serta menghitam dan mengeluarkan bau tidak sedap. Temuan ini dilaporkan Christofel ke Bripka Yanto, anggota Bhabinkamtibmas Kelurahan Oebufu.

Aparat keamanan Polsek Oebobo dan Polres Kupang Kota pun ke tempat kejadian perkara mengevakuasi tubuh korban dan membawa ke rumah jenasah rumah sakit Bhayangkara Titus Uly Kupang.

Keluarga diwakili kakak-kakak korban menolak dilakukan otopsi dan menerima kematian korban sebagai musibah. Korban diperkirakan melakukan aksi nekat nya pada Sabtu (12/10/2019) malam.

Sabtu (12/10/2019) malam, korban Yohan masih mengikuti pesta pernikahan kerabatnya Oge Naisunis di Jalan Nangka Kelurahan Oeba Kecamatan Kota Lama Kota Kupang.

“Korban masih bantu angkat kursi dan terlibat dalam persiapan pesta,” ujar Nada Sinaga (19) kakak kandung korban yang ditemui di rumah sakit Bhayangkara Titus Uly Kupang.

Sejak Minggu (13/10/2019) korban tidak pernah ada kabar berita. Kerabat dan kakak nya tidak sempat menghubungi korban karena mengira korban masih dirumah kerabat yang menggelar pesta.  Nada Sinaga mengaku kaget saat membuka HP pada Senin (14/10/2019) karena banyak orang mengirim foto adiknya Yohanis Sinaga sambil menanyakan keadaan korban.

“Awalnya saya bilang adik (korban) ada baik-baik saja, padahal adik saya sudah meninggal karena gantung diri,” ujarnya.

Polisi mengamankan sejumlah barang bukti dan memeriksa sejumlah saksi. Polisi juga memasang garis polisi di tempat kejadian perkara.

Kapolsek Oebobo, Kompol Ketut Saba yang dikonfirmasi di kantornya mengaku kalau polisi sudah meminta keterangan dari kerabat korban maupun tetangga yang pertama kali menemukan korban.

Dari keterangan saksi-saksi, tidak ada yang mengetahui kapan persis nya korban datang ke tempat kejadian perkara.

Warga di sekitar lokasi kejadian pun jarang ke lokasi kejadian karena rumah tersebut kosong sejak 7 tahun terakhir pasca peristiwa pembunuhan ayah korban terhadap ibu korban. Jenazah korban selanjutnya diambil pihak keluarga untuk dimakamkan.

Surat Wasiat

Yohanis Sinaga (13), korban yang tewas karena gantung diri meninggalkan sepucuk surat wasiat yang ditujukan kepada keluarganya. Surat tersebut ditulis tangan pada buku tulis tertanggal 12 Oktober 2019.

Polisi dari Polsek Oebobo menemukan surat wasiat ini di lokasi kejadian di rumahnya di Kecamatan Oebobo. Dalam surat tersebut, korban Yohan menyebutkan kalau ia tidak bisa balas dendam kepada ayahnya, Antonius Sinaga (yang membunuh ibunya, Yance Sunis).

Korban Yohan pun minta tolong agar salah satu saudara kandung Yohan bisa membantu balas dendam ke Antonius Sinaga.

Ia juga menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada keluarga yang sudah membesarkan dan merawat Yohan sejak 2012 lalu atau selama 7 tahun.

Ia juga meminta kepada keluarga agar saat meninggal, pengurusan jenasah nya tidak perlu disemayamkan karena akan membuat repot keluarga, dan meminta kerabatnya cukup menggali tanah dan menguburkan Yohan tanpa harus membeli peti jenazah.

Yohan juga meminta agar siapa pun yang menemukan suratnya bisa diserahkan kepada kerabatnya, Nahor Takaeb.

Surat wasiat ini sudah disita polisi dan dijadikan barang bukti. Sejak 2012 lalu, korban diasuh oleh Yosina yang juga kerabat ibu mereka di Kampung Amanuban Kelurahan Oebufu Kecamatan Oebobo Kota Kupang.

Korban sendiri merupakan anak ke 4 dari 4 bersaudara anak pasangan Anton Sinaga dan Yance Sunis.

Pasangan Anton dan Yance dikaruniai 2 anak laki-laki dan 2 anak perempuan masing-masing Megawati Sinaga, Nada Sinaga, Ucok Sinaga dan Yohan Sinaga.

Anton Sinaga membunuh istrinya pada bulan November 2012 lalu. Saat istri masih hidup, ia menguburkan hidup-hidup istri nya di belakang rumah dengan menggali lubang dan memasang campuran semen pada seluruh tubuh istrinya.

Selama hampir sepekan, Antonius Sinaga membohongi anak-anak nya kalau ibu mereka sudah kabur dan menjadi TKW. Anton Sinaga pun bebas membawa selingkuhannya ke rumah mereka.
5 hari pasca penguburan paksa, anak-anak mulai curiga karena ada bekas cor semen di belakang rumah. Mereka makin curiga ada melihat rambut dan kemudian melaporkan ke polisi.

Belakangan terungkap kalau Antonius Sinaga membunuh istrinya dan saat istri pingsan, ia mengubur hidup-hidup.

Ia pun sudah menjalani penahanan di Lapas Penfui Kupang sejak awal 2013 lalu hingga beberapa tahun kedepan. (mel)

Advertisement


Loading...