POLKAM
Target 10 Persen Pertumbuhan Ekonomi NTT Dinilai Terlalu Bombastis dan Tak Realistis
Kupang, Penatimor.com – Fraksi Partai Demokrat (FPD) DPRD NTT memandang kajian ekonomi makro maupun target yang dirancang Pemerintah Provinsi NTT sangat bombastis dan agak jauh dari realitas.
Juru Bicara Fraksi Partai Demokrat DPRD NTT, Reny Marlina Un sampaikan ini dalam dalam pemandangan umum fraksinya dalam sidang paripurna dewan, Rabu (5/12/2018).
Sidang yang dipimpin Wakil Ketua DPRD NTT, Yunus Takandewa itu dengan agenda mendengar pandangan umum fraksi- fraksi terhadap Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) NTT 2018- 2023, dan Perubahan atas Perda NTT nomor 6/2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah NTT.
Reny menyatakan, salah satu yang dalam pandangan Fraksi Partai Demokrat kurang realistis adalah target 10 persen pertumbuhan ekonomi. Sebagai sebuah spirit untuk menggerakkan perubahan dapat dimaklumi oleh Fraksi Partai Demokrat.
“Namun, kita juga harus realistis dengan kondisi dan kemampuan daerah maupun sumberdaya yang ada,” ungkap Reny.
Pada kesempatan itu, Reny mengajak untuk melakukan perbandingan dengan target pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang secara masif menggerakan kemampuan keuangan maupun sumber daya untuk investasi maupun pembangunan infrastruktur, pertumbuhan ekonomi hanya sekitar 0,04 setiap tahunnya dimana pada tahun 2015 mencapai 4,90 persen dan naik menjadi 5,03 di tahun 2016, naik menjadi 5,07 ditahun 2017 dan tahun 2018 targetnya menjadi 5,4 persen.
“Artinya, sangat mungkin di lima tahun kepemimpinan Pak Jokowi ini pertumbuhan ekonomi masih berkisar di 5 persen meski telah digenjot sangat maksimal dengan pembangunan infrasmlktur besar-besaran maupun inventaai yang masif dan berskala besar,” ujarnya.
Pertanyaannya, lanjut Reny, apakah cukup realistis dengan kondisi provinsi NTT saat ini dan kemampuan sumber daya yang terbatas, dengan menetapkan target pertumbuhan ekonomi mencapai 10 persen. “Mimpi boleh setinggi-tingginya tetapi tetap harus realistis,” katanya.
“Kita tidak berharap akan ada saling melempar kesalahan atau saling menuding bahkan mengkambinghitamkan pihak tertentu ketika menjelang akhir masa jabatan Bapak Gubernur dan Wakil Gubernur target ini tidak tercapai,” imbuhnya.
Dia menyatakan, alangkah naifnya bila nanti pada akhirnya kembali menuding lambatnya perubahan dan kemajuan maupun tidak tercapainya target pertumbuhan ekonomi itu karena masyarakat NTT, malas, bodoh ataupun suka tidur-tidur saja.
“Jangan-jangan bukan rakyat miskin dan bodoh yang tidak masuk surga tetapi kita-kita ini yang “dihadang” masuk surga karena bertanggungawab atas kegagalan menurunkan jumlah masyarakat miskin dan bodoh yang disebabkan perencanaan maupun pelayanan kita yang tidak tepat dan cenderung bombastis,” tandas Reny. (R2)