Connect with us

UTAMA

Bayi Dilahirkan Meninggal karena Tak Dapat Pelayanan Ambulans di Puskesmas Naioni

Published

on

Mobil ambulans tampak terparkir di depan Puskesmas Naioni, Kecamatan Alak, Kota Kupang, Selasa (27/11).

Kupang, penatimor.com – Aplonia Lona Lensini, seorang ibu rumah tangga di Kelurahan Naioni, Kecamatan Alak, Kota Kupang, harus merelakan bayinya karena tidak bisa diselamatkan dokter Rumah Sakit Leona, karena terlambatnya mendapat tumpangan mobil.

Istri dari Imanuel Lensini ini mengalami sakit perut, dan hendak melahirkan pada tanggal 22 November 2018 sekitar pukul 21.30 di Puskesmas Naioni.

Namun fasilitas pendukung serta keterbatasan petugas yang tidak memadai maka Aplonia Lona dirujuk untuk bersalin di RS Leona.

Setelah dinyatakan dirujuk, pihak keluarga berupaya membangunkan sopir ambulans untuk mengantar pasien, namun tidak ada respon sehingga sekitar dua jam mencari mobil warga untuk diantar ke rumah sakit.

Pasien yang dirujuk mestinya mendapat pelayanan yang maksimal seperti pendampingan oleh petugas medis dari puskesmas dan bisa menggunakan ambulans yang ada ke rumah sakit tujuan rujukan karena dalam kondisi darurat.

“Namun kami malah diminta untuk mencari kendaraan sendiri sedangkan mobil ambulans hanya terpajang di puskesmas,” kata Markus Lensini, Ketua RT 10 Kelurahan Naioni, Kecamatan Alak, Kota Kupang, Senin (26/11).

Menurut Markus Lensini, akibat keterlambatan penanganan medis karena terlambat mendapat mobil, sehingga mengakibatkan bayi Aplonia tidak bisa tertolong saat tiba di RS Leona.

“Ketersediaan fasilitas di Naioni telah dilakukan oleh pemerintah Kota Kupang, tapi hanya digunakan pada siang hari. Pada malam hari tidak bisa melayani pasien sedangkan kesehatan warga ini terancam, bukan saja siang sehingga mestinnya ambulans harus siap 24 jam,” jelas Markus.

Dijelaskan, pada saat kejadian pihak korban sudah berusaha mendatanggi rumah milik sopir ambulans yang diketahui atas nama Nimbrot Lao, untuk meminta pertolongan agar bisa mengantar pasien ke RS Leona. Namun upaya tersebut tidak digubris oleh Nimbrot Lao yang saat itu berada di dalam rumahnya.

“Kalau dia tidak kerja mendingan dipecat saja, karena ini menyangkut nyawa orang. Sebenarnya bayi korban bisa diselamatkan namun karena keterlambatan mencari kendaraan akhirnya tidak bisa diselamatkan,” ungkapnya.

Ditambahkan, pada malam itu, terdapat dua orang warganya yang melahirkan, namun keduanya mengalamai perlakuan yang sama dari pihak Puskesmas Naioni.

“Malam itu ada dua warga saya, ibu Arifina Lona istri dari Maksi Amnesi juga melahirkan dan mengalami kejadian yang sama. Sebagai Ketua RT, sangat menyesali akan kejadian yang dialami warga sehingga kedepan diharapkan tidak terulang kembali. Kepada pemerintah kota melalui dinas kesehatan untuk memantau pemanfaatan mobil ambulans yang ada agar tidak mengorbankan warga,” harapnya.

Sementara Imanuel Lensini, salah satu keluarga korban, sangat menyesali sikap sopir ambulans di Naioni, sehingga mengakibatkan bayinya tidak bisa tertolong.

“Kami sudah mengikhlaskan bayi kami yang sudah meninggal, namun kami berharap ini jangan terulang lagi, karena sikap sopir yang dengan sengaja tidak menolong ini bisa mengorbankan bukan hanya bayi namun ibu juga terancam,” kata Imanuel Lensini.

Dia melanjutkan, jika masalah ini tidak ditindak lanjuti, dipastikan warga Naioni akan merusak fasilitas ambulans yang disediakan pemerintah, karena ambulans yang disediakan untuk melayani masyarakat tidak dipergunakan.

Ditambahkan, dengan kejadian ini, kepala Puskesmas Naoni diharapkan melakukan evaluasi terhadap petugas sopir ambulans.

“Sopir kalau tidak melayani masyarakat di malam hari, simpan kontak mobil di Puskesmas, sehingga petugas lain bisa menggunakan mobil untuk melayani pasien yang membutuhkan pertolongan pada malam hari,” tegas Imanuel Lensini.

Sementara, Kepala Puskesmas Naioni, dr. Panondang Pandjaitan, kepada wartawan, Selasa (27/11) via ponsel, membenarkan dirinya mendapat laporan bahwa pasien yang hendak melahirkan tersebut telah dirujuk ke RS Leona.

Ditambahkan, sesuai dengan aturan dan mekanisme, pasien yang dirujuk harus didampingi oleh petugas medis menggunakan ambulans yang ada, namun saat pasien ke puskesmas, petugas juga berusaha menghubungi sopir ambulans, namun upaya tersebut tidak berhasil.

“Waktu kejadian memang sudah di luar jam dinas jadi terjadi miskomunikasi dengan sopir. Mungkin waktu kejadian sopir ada urusan keluarga atau apa, kita tidak tahu, tapi waktu itu juga saya menghubunggi untuk mengantar pasien ke rumah sakit,” jelas dr. Panondang.

Ditambahkan, untuk mengantisipasi kejadian serupa dengan adanya keluhan dari warga sekitar terkait pelayanan ambulans, pihaknya akan melakukan evaluasi terhadap kinerja sopir.

“Kami dari pihak puskesmas mohon maaf karena kemarin itu terjadi miskomunikasi antara sopir dengan keluarga pasien,” tutup dr. Panondang. (R1)

Advertisement


Loading...
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

HUKRIM

Kajari Lembata Pimpin Penangkapan Tersangka Korupsi Puskesmas Bean dan Wowon di Jawa Barat

Published

on

Kajari Lembata, Yupiter Selan, SH.,MH., (Kiri) saat membawa tersangka J ke Kupang.
Continue Reading

UTAMA

Perjalanan Iman Ruth Lau Serang: Membangun Pos Pelayanan GMIT Filadelfia Hadakewa-Lembata

Published

on

Gedung Pos Pelayanan Filadelfia Hadakewa.
Continue Reading

SOSBUD

Ruth Lau Serang: Dedikasi untuk GMIT di Tanah Lembata

Published

on

Ruth Lau Serang
Continue Reading