POLKAM
Penguatan Posyandu Jadi Perhatian Viktor-Josef

Kupang, Penatimor.com – Penguatan Pos Pelayanan Kesehatan Terpadu (Posyandu) menjadi salah satu program di masa kepemimpinan Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) Viktor Bungtilu Laiskodat dan Wakil Gubernur Josef Nae Soi. Diharapkan aktivitas Posyandu terus digiatkan.
Wakil Gubernur NTT, Josef Nae Soi sampaikan ini pada pembukaan kegiatan Jambore Kader PKK dan Jambore Kader Posyandu Tingkat Provinsi NTT, Selasa (18/9/2018) di Alun-alun Rumah Jabatan Gubernur NTT.
“Para kader Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) dan kader Posyandu mesti menghidupkan kembali aktivitas posyandu di seluruh wilayah provinsi ini. Agar masyarakat NTT semakin cerdas dan sehat serta dapat menurunkan angka kematian ibu dan anak,” kata Nae Soi.
Menurut Nae Soi, sebagai kader khusus PKK, Kader Posyandu tidak hanya dihadapkan pada persoalan kesehatan dan Keluarga Berencana (KB) saja. Tetapi juga harus terlibat dalam sosialisasi gizi buruk, pemberian makanan tambahan, pendidikan dan persoalan ekonomi masyarakat baik dalam wadah perkoperasian maupun kegiatan pertanian, peternakan, perkebunan, perikanan dan kegiatan lainnya.
“Kita tidak miskin, kita tidak bodoh. Yang kita miskin adalah aksesibilitas. Kader Posyandu dan Kader PKK hendaknya menjadi pionir dalam mensejahterakan masyarakat di desa. Posyandu mesti menjadi sentral kegiatan kesehatan masyarakat,” ujarnya.
Dia berharap, kegiatan Jambore kader PKK dan Posyandu dapat memberikan semangat baru bagi para kader dalam memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat. Penguatan peran posyandu dalam menekan angka kematian ibu dan anak setelah melahirkan merupakan salah satu program Pemerintah Provinsi NTT lima tahun ke depan.
“Terima kasih kepada ibu-ibu yang dengan rela, tanpa pamrih berjuang untuk membantu masyarakat kita di NTT. Kegiatan ini hendaknya dapat menjadi ajang sharing antarkader untuk memperkaya pengetahuan sekaligus meningkatkan kinerja posyandu masing-masing. Saya minta perangkat daerah untuk bekerja sama, melakukan interaksi dan interrelasi dengan PKK dalam menyukseskan program dan kegiatan,” pungkasnya.
Sementara itu, Ketua Tim Penggerak PKK/Dekranasda, Julie Sutrisno Laiskodat mengatakan, cara kerja PKK tidak boleh lagi dari atas ke bawah (Top Down), tapi harus dari bawah ke atas (Bottom Up).
“Kami dari PKK Provinsi NTT akan turun langsung ke desa-desa karena di sanalah yang menjadi ujung tombak keberhasilan pelaksanaan program PKK,” kata Julie.
Julie menyatakan, PKK juga berkomitmen mensukseskan program Gubernur dan Wakil Gubernur 2018-2023, terutama dalam mengembangkan kelor atau marungga di desa-desa.
“Menurut penelitian, satu mangkok marungga sama dengan tujuh belas mangkok susu. Dan kualitas kelor di NTT adalah terbaik kedua di dunia setelah Spanyol. Harusnya tidak boleh lagi ada gizi buruk. Kami akan berkolaborasi dengan dinas-dinas terkait untuk pengembangannya,” pungkas Julie.
Ketua Panitia kegiatan Jambore Kader PKK dan Kader Posyandu, Dominikus Minggu Mere mengungkapkan, kegiatan jambore tersebut merupakan bentuk pembinaaan dan pemberian motivasi secara berjenjang. Para kader yang terlibat adalah kader berprestasi di tingkat kabupaten/kota.
“Tujuan kegiatan ini adalah menjalin persahabatan kader antardaerah dalam semangat pertukaran informasi dan pengalaman. Juga untuk seleksi kader terbaik yang mewakili NTT di tingkat nasional,” papar Dominikus.
Jambore Kader PKK dan Posyandu 2018 mengambil tema “Meningkatkan Profesionalitas Kader untuk Mendukung Pemerintah dalam Meningkatkan Kesejahteraan Keluarga”. Kegiatan tersebut berlangsung selama tiga hari sejak 17 sampai 19 September 2018. Diikuti oleh sebanyak 352 peserta dari 21 Kabupaten/Kota, minus Kabupaten TTS.
Beberapa kegiatan yang diperlombakan yakni parade budaya Flobamorata, lomba program dan lomba gembira. Juga ada kegiatan pemeriksaan kesehatan gratis dan diskusi panel yang menghadirkan pakar kelor dari Bandung dan Jogyakarta. (R2)
