Connect with us

SOSBUD

HUT Ke-73 RRI, Aneka Kegiatan Sosial Digelar di Kupang

Published

on

Anggota Dewas RRI Fredy Ndolu (tengah) dan Kepala Stasiun RRI Kupang Ikman Posumah memberikan keterangan kepada wartawan di Kantor RRI Kupang, Jumat (7/9).

Kupang, penatimor.com – Merayakan HUT ke-73 Radio Republik Indonesia (RRI) pada 11 September, seluruh kru dan staf RRI Kupang merayakannya dengan menggelar berbagai kegiatan.

Diantaranya, kegiatan bakti sosial di beberapa kabupaten, lomba dan lainnya.

Kepala Stasiun RRI Kupang Ikman Posumah, mengatakan, sebelum tiba pada acara puncak HUT RRI, pihaknya melakukan sejumlah kegiatan sosial perlombaan khusus bagi keluarga besar RRI.

Selain itu, RRI Kupang juga melakukan kunjungan di RRI Kabupaten TTS untuk menyerahkan bantuan berupa buku tulis dan pakaian, yang didapat dari pendengar RRI yang ikut berpartisipasi.

“Di sana kami memberikan bantuan berupa pakaian dan buku tulis dan juga buku-buku agama kepada masyarakat. Bantuan itu merupakan pemberian dari pendengar RRI di NTT,” katanya saat memberikan keterangan pers di Kantor RRI Kupang, Jumat (7/9).

Dia mengaku, RRI Kupang juga akan ke Sumba untuk memberikan bantuan yang sama sebagai wujud rasa kekeluargaan dan kebersamaan antara pendengar RRI di NTT dan keluarga besar RRI.

RRI Kupang dalam menyambut HUT juga menggelar aksi donor darah, dialog interaktif, mini ekspo dan konser budaya yang berlangsung sampai acara puncak 11 September 2018.

Mini ekspo terdiri dari 25 stand yang menampilkan berbagai hasil kerajinan masyarakat di beberapa kabupaten. Juga ada penampilan tarian budaya dari Paguyuban Manado, Makassar, Maluku dan Bali.

“Setelah 11 September, akan ada dialog penguatan RRI yang diselenggarakan antara RRI dan Universitas Muhammadiyah Kupang,” katanya.

Sementara itu, Anggota Dewan Pengawas (Dewas) RRI Fredy Ndolu meminta masyarakat harus memberikan kritik dan koreksi kepada RRI agar lebih profesional dalam menyajikan berita. RRI harus menyampaikan berita yang benar dari hasil interaksi relasi.

Fredy mengatakan, RRI sebagai media publik harus menyampaikan berita yang benar-benar dipercaya oleh masyarakat dan menjadi referensi kebenaran berita.

Menurutnya, pemberitaan RRI tidak boleh tersandera dan pemerintah harus memberi ruang. “Koreksi RRI, kritik dan mengawas RRI,” tandasnya.

Karena itu, ia menghendaki ke depan agar semua wilayah NTT bisa terpancar siaran RRI.

Menurutnya, saat ini RRI sudah mengundara di wilayah Kabupaten Belu, Sumba Ende, Rote Ndao. Wilayah Alor dan Flores lainnya dalam pengembangan beberapa tahun ke depan.

“Di era saat ini, semua wilayah di NTT bisa terjangkau dengan siaran RRI,” kata Fredy.

Dia mengatakan, siaran RRI tidak boleh tersandera, karena RRI menyampaikan berita kebenaran. RRI saat ini mempunyai stasiun dengan jangkauan yang sangat luas di NTT.

Keberadaan RRI bukan seperti perusahaan, tapi RRI menjadi milik bersama. RRI menjadi ruang publik bagi masyarakat untuk mencari suatu kebenaran dari hasil interaksi bersama.

Menurutnya, RRI saat ini harus berkembang, menjadi media publik, karena kerasnya tantangan dengan pemberitaan hoax dan media sosial. RRI harus kuat sehingga tidak kembali seperti dulu dimana kebenaran itu dari pemerintah.

“Jangan sampai lemah dan kembali ke masa lalu, saat ini RRI tengah menguji coba RRI Net dengan menonton apa yang didengar atau radio visual. RRI Net para pendengar bisa melihat proses penyiaran,” pungkasnya. (R1)

Advertisement


Loading...
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *