HUKRIM
Kapolda Ungkap Alasan Digantinya Kapolres Sumba Barat
Kupang, penatimor.com – Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri) Jenderal Tito Karnavian, hari ini Senin 7 Mei 2018 resmi mencopot Kapolres Sumba Barat, AKBP Gusti Maychandra Lesmana.
Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Nusa Tenggara Timur (NTT), Inspektur Jenderal Raja Erizman sampaikan hal ini kepada wartawan usai mengikuti sidang paripurna di kantor DPRD NTT, Senin (7/5/2018).
Menurut Kapolda Erizman, tujuan digantinya Kapolres Sumba Barat oleh Kapolri adalah agar tidak ada konflik kepentingan saat dilakukan pemeriksaan oleh Mabes Polri, terkait kasus dugaan penembakan warga oleh oknum polisi di daerah itu yang mengakibatkan 1 orang meninggal dan beberapa orang luka-luka.
“Saat ini tim dari Mabes Polri sudah ada di Sumba Barat dan sedang menyelidiki secara komprehensif dan menyeluruh penyebab terjadinya kasus tersebut,” kata Erizman.
Dia menyampaikan, selain tim Mabes Polri, pihaknya juga telah menerima surat dari Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) bahwa mereka juga telah berada di Sumba Barat untuk melakukan penyelidikan. “Saya tadi baru dapat surat bahwa Kompolnas juga sudah ada di Sumba Barat,” ucapnya.
Karena itu, Kapolda Erizman mengimbau agar masyarakat sabar menunggu hasil dari penyelidikan Mabes Polri dan juga Kompolnas yang sedang dilakukan saat ini.
“Tunggulah hasilnya secara utuh, dan apa pun hasilnya akan disampaikan secara utuh, secara komprehensif, jadi tidak ada nanti yang bisa ditutup tutupi,” ujarnya.
Jika hasil penyelidikan dari Mabes Polri bahwa korban benar di tembak oleh polisi, maka pihaknya akan mengambil tindakan tegas. “Jika ada kesalahan di kepolisian akan ditindak. Ini semua diluar kehendak, karena polisi tidak mau tembak warga,” tegasnya.
Dia menambahkan, pihaknya akan transparan terkait kasus tersebut. Bahkan, dari awal ketika dilakukan otopsi terhadap jenazah korban Poro Duka, dirinya memerintahkan Kapolres untuk menghadirkan semua pihak baik keluarga maupun pengacara untuk menyaksikan proses dimaksud.
“Biar semuanya bisa menyaksikan, jadi tidak ada yang kita tutup-tutupi, karena niat kita dari awal harus transparan,” paparnya.
Insiden berdarah dan memakan korban tersebut terjadi di Kampung Marosi, Desa Patiala Bawah, Kecamatan Lamboya, Kabupaten Sumba Barat, pada 25 April 2018. (R2)