Connect with us

LIFESTYLE & KESEHATAN

Festival BSL Lestarikan Budaya Timor

Published

on

Kuliner khas NTT Bose, Se'i dan Lua't pada Festival BSL di arena Car Free Day Kupang, Sabtu (21/4). Foto: Facebook Palce Amalo

Kupang, penatimor.com – Menyambut HUT ke-22 Kota Kupang yang jatuh pada 25 April mendatang, aneka kegiatan digelar Pemkot Kupang.

Salah satu yang menarik dan dipersiapkan khusus adalah festival kuliner lokal Bose Se’i Lu’at (BSL) yang diprakarasai Dinas Ketahanan Pangan untuk mencetak rekor pada Lembaga Penghargaan Indonesia Dunia (LEPRID).

BSL berlangsung meriah pagi ini (21/4) di arena Car Frer Day (CFD) mengusung tema, “Kita Lestarikan Pangan Lokal untuk Mewujudkan Ketahanan Pangan dan Peningkatan Perekonomian Masyarakat”.

Wali Kota Kupang, Jefri Riwu Kore, kepada wartawan, mengatakan, festival tersebut digelar dengan memperhatikan keberadaan kuliner lokal seperti jagung bose yang mulai kurang popular sehingga jarang ditemukan dalam keseharian masyarakat Kota Kupang sebagai dampak dari perkembangan zaman.

“Kemajemukan masyarakat Kota Kupang dan banyaknya budaya luar yang masuk ke Kota Kupang maka kami menyelenggarakan even ini sebagai upaya pelestarikan nilai budaya Timor,” sebut Wali Kota.

Dengan BSL, lanjut Wali Kota, masyarakat Kota Kupang diajak untuk tetap mengonsumsi dan melestarikan hidangan khas daerah NTT agar tidak punah tergerus perubahan zaman.

Festival BSL kata Wali Kota, bertujuan meningkatkan kesadaran dan perhatian masyarakat akan pentingnya pelestarian nilai budaya lokal dan menjadikan festival BSL sebagai bagian integral dari acara memperingati dan memeriahkan ulang tahun Kota Kupang setiap tahunnya

“Sasaran dari Festival BSL ini ialah seluruh komponen masyarakat Kota Kupang. Manfaat yang ingin dicapai adalah seluruh masyarakat Kota Kupang merasakan kegembiraan dalam perayaan HUT Kota Kupang,” ungkap Wali Kota.

Selain juga tumbuh kesadaran masyarakat terhadap potensi nilai budaya lokal yang patut dilestarikan dan dijunjung tinggi.

Begitu pun masyarakat Kota Kupang menjadi terbiasa untuk mengonsumsi Bose sebagai pangan pokok penganti nasi.

Wali Kota yang akrab disapa Jeriko juga menyebutkan prinsip penyelenggaraan Festival BSL, yaitu partisipasi masyarakat sebagai pelaku utama pelestarian kuliner ini.

Selanjutnya sederhana bermanfaat dengan penyajian yang mudah dan murah serta dapat dijangkau seluruh lapisan masyarakat.

Prinsip lainnya, lanjut Wali Kota adalah berkelanjutan Bose, Se’i Lu’at menjadi kuliner khas Kota Kupang yang mudah diperoleh dan digemari masyarakat serta menjadi daya tarik wisata, termasuk sukses dengan semangat membangkitkan potensi budaya lokal.

Ditambahkan, Festival BSL melibatkan seluruh Organisasi Perangkat Daerah (OPD), BUMD, kecamatan, kelurahan, Tim Penggerak PKK Kota Kupang serta stakeholders/nitra yang menyediakan Bose Se’i Lu’at pada stan/booth masing-masing.

Masyarakat dipersilahkan menikmati Bose Se’i Lu’at yang tersedia secara gratis dengan menukar kupon yang telah diperoleh sebelumnya. Kupon dapat diperoleh di kecamatan/kelurahan domisili masing-masing. (R1)

Advertisement


Loading...