Connect with us

KOTA KUPANG

Teror Buaya di Kupang, 60 Serangan dalam 6 Tahun, 31 Korban Meninggal, 29 Luka Berat hingga Cacat Permanen

Published

on

Ilustrasi Buaya (net)

KUPANG, PENATIMOR – Teror buaya di Suaka Margasatwa (SM) Danau Tuadale, Kabupaten Kupang, terus menghantui warga.

Dalam enam tahun terakhir, sembilan nyawa telah melayang akibat serangan reptil ganas ini, sementara puluhan lainnya luka-luka, bahkan cacat seumur hidup.

Peristiwa terbaru terjadi pada 28 Februari 2025, ketika Yafet Maak (51) menjadi korban ke-60 sejak 2019.

Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) NTT, Arief Mahmud, mengungkapkan bahwa angka serangan buaya di wilayah ini tergolong tinggi dan terus meningkat.

“SM Danau Tuadale adalah habitat alami buaya muara, dan konflik dengan manusia semakin sering terjadi karena aktivitas di kawasan perairan,” ujarnya pada Senin (3/3/2025).

Sejak tahun 2019, tercatat 60 kasus serangan buaya di wilayah ini, dengan 31 korban meninggal dan 29 lainnya mengalami luka berat hingga cacat permanen.

Berikut beberapa insiden tragis yang terjadi:

17 Maret 2021: Donald Loudowic Fattu (27) digigit buaya saat menebang pohon bakau, mengalami enam jahitan di pergelangan kaki.

28 Maret 2021: Hamsah Y. Ndun (35) diserang saat memanah ikan, mengalami 40 jahitan di perut, punggung, tangan, dan kepala.

4 April 2022: Christian Tuy (62) terluka di tangan saat menangkap ikan dengan pukat.

7 Desember 2022: Shandra Aprilia Leneng (18) diserang saat menangkap ikan menggunakan sampan, mengalami luka di kepala dan punggung.

28 Desember 2023: Jihan Ferdinan Bonar (12) diserang buaya saat memanah ikan.

21 Februari 2024: Yermia Fatu (69) mengalami luka gigitan di paha saat mencari ikan.

2 Mei 2024: Reza Petrus Manafe (29) diserang saat menangkap ikan di air setinggi 60-70 cm.

2 Juni 2024: Juan Srio Maak (15) diterkam buaya di kepala dari belakang dan harus dirawat di rumah sakit.

10 Februari 2025: Jiky Orlando Benu (27) mengalami amputasi tangan kanan setelah berusaha melepaskan diri dari gigitan buaya.

28 Februari 2025: Yafet Maak (51) diserang saat memanah ikan, mengalami luka parah di tumit, betis, paha, dan pergelangan tangan.

Korban terbaru, Yafet Maak, selamat setelah temannya memukul kepala buaya dengan kayu. Ia segera dilarikan ke RS Ben Mboi Kupang untuk perawatan intensif.

Menurut IUCN Crocodile Specialist Group, serangan buaya terhadap manusia dapat terjadi karena berbagai alasan:

Insting berburu – Buaya adalah predator oportunistik yang mencari mangsa sesuai ukuran tubuhnya.

Perlindungan wilayah – Buaya muara sangat teritorial dan akan menyerang penyusup, termasuk manusia.

Perlindungan sarang – Buaya akan menyerang jika merasa anak atau sarangnya terancam.

Salah sasaran – Buaya mungkin bermaksud menyerang hewan lain tetapi justru mengenai manusia yang berada di dekatnya.

BBKSDA NTT mengimbau masyarakat untuk lebih waspada, terutama saat beraktivitas di sekitar perairan.

Beberapa langkah pencegahan yang disarankan meliputi:

Menghindari aktivitas di lokasi yang sudah dipasang peringatan bahaya buaya.

Tidak turun ke perairan yang belum diketahui keamanannya.

Membuat pagar pembatas di tepi sungai untuk mencegah buaya mendekat.

Berhati-hati bagi nelayan yang menangkap ikan dengan pukat, karena tercatat sebagai kelompok korban tertinggi.

Bertanya kepada warga setempat sebelum memancing atau berwisata ke daerah perairan.

Melaporkan keberadaan buaya di area publik kepada pemerintah atau kepolisian setempat.

Masyarakat dapat menghubungi BBKSDA NTT melalui Call Center di nomor +62 811 3810 4999 atau Instagram @bbksda_ntt untuk informasi lebih lanjut dan pelaporan insiden.

Konflik manusia dan buaya di SM Danau Tuadale menunjukkan urgensi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat serta upaya konservasi guna mengurangi risiko serangan. Dengan langkah preventif yang tepat, diharapkan tragedi akibat serangan buaya dapat diminimalkan di masa mendatang. (mel)

Advertisement


Loading...