Connect with us

HUKRIM

Duka di Awal 2025, Dua Kasus Gantung Diri Gemparkan NTT, Korban Mahasiswa dan Personel TNI

Published

on

Ilustrasi gantung

KUPANG, PENATIMOR – Awal tahun 2025 diwarnai duka mendalam bagi masyarakat Nusa Tenggara Timur (NTT) dengan terjadinya dua kasus dugaan bunuh diri yang menggemparkan.

Dua korban yang meninggal dunia dengan cara gantung diri adalah seorang mahasiswa dan seorang personel TNI Angkatan Darat.

Peristiwa ini meninggalkan kesedihan mendalam bagi keluarga, kerabat, dan masyarakat setempat.

Kasus pertama terjadi pada Jumat (10/1/2025) di wilayah RT 009/RW 003, Kelurahan Naimata, Kecamatan Maulafa, Kota Kupang. Korban adalah Adrio Saputra Umbu Tagela (20), mahasiswa salah satu perguruan tinggi di Kupang.

Jenazah Adrio ditemukan dalam kondisi tergantung di sebuah pohon jati sekitar pukul 10.00 WITA oleh Matias Fansene (36), warga yang sedang mencari ayam di area kosong dekat rumahnya.

Matias langsung melaporkan temuannya kepada Ketua RT, Bhabinkamtibmas, dan Polsek Maulafa.

“Saya melihat dia terbaring dengan leher terjerat tali. Tubuhnya sudah kaku,” ungkap Matias.

Di lokasi kejadian, ditemukan tali yang digunakan korban untuk gantung diri, meskipun tali tersebut sudah putus. Sebilah pisau dalam kondisi terbungkus sarung juga ditemukan di dekat tubuh korban.

Tim kepolisian yang dipimpin langsung oleh Kapolsek Maulafa segera tiba di lokasi untuk melakukan identifikasi dan evakuasi. Jenazah kemudian dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara Kupang untuk pemeriksaan lebih lanjut.

Kapolres Kupang Kota, Komisaris Besar Polisi Aldinan Manurung, membenarkan kejadian tersebut.

“Jenazah ditemukan dalam kondisi meninggal dunia. Kami telah meminta keterangan dari empat saksi dan masih mendalami penyebab kejadian ini,” ujar Aldinan.

Hasil pemeriksaan di Rumah Sakit Bhayangkara Kupang menyatakan tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan pada tubuh korban.

Keluarga Adrio telah menerima kejadian ini dengan ikhlas dan menolak dilakukan otopsi dengan menyerahkan surat pernyataan resmi kepada pihak berwajib.

Kasus kedua melibatkan Pratu Andi Tambaru (24), seorang anggota TNI AD yang bertugas sebagai Babinsa di Kodim 1627/Rote Ndao.

Jenazah Pratu Andi ditemukan tergantung di sebuah pohon di Kelurahan Mokdale, Kecamatan Lobalain, Kabupaten Rote Ndao, pada Minggu pagi (12/1/2025).

Penemuan jenazah bermula dari laporan Velsi Boik, seorang petugas bandara, yang menemukan korban sekitar pukul 06.46 WITA saat akan bertugas ke bandara. Informasi tersebut segera diteruskan kepada rekan-rekan korban di Kodim 1627/Rote Ndao.

Komandan Kodim beserta tim segera tiba di lokasi sekitar pukul 07.30 WITA untuk mengevakuasi jenazah. Korban kemudian dibawa ke RSUD Ba’a untuk divisum.

Hasil visum menunjukkan bekas jeratan tali di leher, luka gores pada paha kiri, serta lidah tergigit oleh gigi korban. Leher korban juga patah akibat tekanan tali.

Tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan lain pada tubuh korban. Berdasarkan kondisi jenazah, korban diperkirakan telah meninggal dunia sekitar 2-3 jam sebelum ditemukan.

Dugaan sementara, Pratu Andi menghadapi tekanan berat terkait urusan asmara. Pada Sabtu malam (11/1/2025), korban bercerita kepada rekannya, Pratu Valen, tentang tuntutan belis yang harus dipenuhinya jika ingin menikahi kekasihnya, Manja Mooy.

Calon mertuanya meminta belis sebesar Rp250 juta, sementara korban hanya memiliki Rp40 juta di rekeningnya.

Sebelum kejadian, pada Minggu dini hari (12/1/2025), Pratu Andi juga sempat mengirimkan pesan WhatsApp kepada kekasihnya Manja Mooy yang berisi pesan perpisahan.

“Tolong cari lokasi saya lewat iCloud, sayang. Saya sayang kamu. Jangan lupa mama dan bapak di Rote,” demikian isi pesan terakhir korban.

Manja Mooy, seorang penyanyi dan influencer yang cukup dikenal di NTT, merasa terpukul atas kepergian kekasihnya. Kesedihan itu ia ungkapkan melalui unggahan emosional di akun media sosialnya.

“Sekuat apa hamba Mu ini Tuhan sampai cobaan bertubi-tubi datang tanpa henti. Kamu cinta dan laki2 terbaik yang pernah Bta kenal. Kamu minta untuk org lain jaga Bta baik” tapi kamu sndri tidak bisa jaga diri. Sependiam dan setertutup itukah kamu,” tulis Manja Mooy di akun media sosial miliknya @wastiting, Minggu 12 Januari 2025.

“Kmren bilangnya banyak beban, tapi intinya harus dengan kamu biar Bta kuat. Tapi mana? Terimakasih untuk ini cinta tllu luar biasa. Kamu ajar Bta untuk ttp rendah hati dan jangan sombong. Jgn peduli dgn org” yg benci Bta, karena masih ada kamu yg tulus. @anditambaru_ sayang nona sayang kamu sekali, nnti kita ketemu,” sambung Manja Mooy.

Kasus bunuh diri ini memicu berbagai tanggapan publik. Banyak yang merasa prihatin atas tekanan yang dihadapi korban, terutama terkait budaya belis yang sering menjadi beban berat bagi laki-laki di NTT.

Beberapa pihak menyerukan perlunya refleksi mendalam terhadap tradisi ini, yang meskipun menjadi kebanggaan budaya, dapat menimbulkan dampak psikologis bagi individu.

Onesimus O Puling, mantan guru Pratu Andi di SMP Negeri Satu Atap Batulai, juga menyampaikan rasa dukanya melalui media sosial.

“Sebagai guru yang pernah mengajar Andi, saya sangat terpukul. Di depan sana, sebenarnya masih ada harapan besar dari keluarga dan teman-teman,” tulisnya.

Dua kasus tragis ini menjadi pengingat bagi masyarakat akan pentingnya perhatian terhadap kesehatan mental. Tekanan hidup, baik dari aspek pendidikan, pekerjaan, hingga budaya, perlu dikelola dengan dukungan keluarga, komunitas, dan pemerintah.

Edukasi tentang pentingnya mencari bantuan profesional dalam menghadapi masalah emosional juga perlu terus digalakkan.

Hingga kini, aparat kepolisian terus melakukan pendalaman terhadap kedua kasus ini. Masyarakat diimbau untuk tidak berspekulasi lebih jauh dan menghormati privasi keluarga korban yang sedang berduka. (ico)

Advertisement


Loading...
error: Content is protected !!