Connect with us

SPORT

Kisah Inspiratif Gaudensius Ismau, Mahasiswa UKAW yang Ukir Sejarah di Sepak Bola NTT

Published

on

Aksi Denis Ismau di ajang PON XXI Aceh-Sumut tahun 2024.

BANDA ACEH, PENATIMOR – Di tengah gemuruh semangat PON XXI Aceh-Sumut 2024, ada sebuah nama yang berhasil mencuri perhatian publik sepak bola Nusa Tenggara Timur (NTT) bahkan nasional.

Nama itu adalah Gaudensius Ismau, seorang mahasiswa Universitas Kristen Artha Wacana (UKAW) Kupang, yang bersama tim sepak bola putra NTT mencatatkan sejarah baru dengan lolos ke babak 8 besar untuk pertama kalinya dalam sejarah keikutsertaan NTT di PON.

Kisah Denis, sapaan akrabnya, bukan hanya tentang prestasi olahraga, melainkan juga tentang mimpi, kerja keras, dan ketekunan seorang pemuda dari desa kecil yang kini menjadi kebanggaan Nusa Tenggara Timur.

Perjalanan hidup Denis dimulai di Desa Pomasule, sebuah desa kecil yang terletak di Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur.

Lahir pada 13 Maret 2003, Denis tumbuh di lingkungan yang jauh dari hiruk-pikuk kota, tetapi di sanalah kecintaannya pada sepak bola tumbuh subur.

Meskipun fasilitas olahraga di desanya sangat minim, Denis selalu menemukan cara untuk bermain bola di lapangan berdebu bersama teman-temannya.

Ia bermain tidak hanya untuk bersenang-senang, tetapi juga untuk mengejar mimpi yang terus bersemi di dalam hatinya yaitu bermain di panggung sepak bola nasional.

Lapangan kecil di Pomasule menjadi saksi bisu bagaimana Denis mengasah keterampilannya sejak usia dini.

Di sana, ia belajar tentang kerja sama tim, ketekunan, dan semangat pantang menyerah. Meski hanya bermain di antara teman-teman sebaya, bakat Denis sudah mulai terlihat sejak kecil.

Kecepatan, ketangkasan, dan kemampuannya sebagai pemain winger, membuatnya selalu menjadi pusat perhatian setiap kali ada turnamen sepak bola antar kampung.

“Sepak bola adalah bagian dari hidup saya sejak kecil. Di desa kami, meski lapangannya sederhana, saya selalu merasa bebas saat bermain bola. Setiap kali menendang bola, saya bermimpi suatu hari nanti bisa bermain di stadion besar, mengenakan seragam kebanggaan, dan membawa kemenangan untuk NTT,” kenang Denis dengan penuh semangat.

Mimpi besar itu semakin kuat ketika Denis memasuki usia remaja. Di Pomasule, ia mengenyam pendidikan sekolah dasar hingga kelas V. Setelah itu, ia pindah melanjutkan pendidikan di Manggarai Timur hingga tamat SMA. Denis juga berkesempatan memperkuat tim Manggarai Timur di ajang Soeratin Cup.

Setelah menyelesaikan pendidikan SMA, ia memutuskan untuk melanjutkan pendidikan ke Kota Kupang.

Keputusan ini bukanlah hal yang mudah bagi Denis dan keluarganya, mengingat ia harus meninggalkan kampung halaman dan hidup di kota besar yang jauh dari keluarga.

Namun, bagi Denis, inilah satu-satunya cara untuk mengejar mimpinya menjadi pemain sepak bola profesional.

Di Kupang, Denis mulai memperluas jaringannya di dunia sepak bola. Ia bergabung dengan berbagai klub lokal dan mengikuti berbagai turnamen, mulai dari tingkat sekolah hingga turnamen antar kota.

Bakatnya semakin terasah, dan ia mulai dikenal sebagai salah satu pemain muda berbakat di Kota Kupang, hingga terpilih memperkuat tim PS Kota Kupang atau Persekota Koepan di ajang El Tari Memorial Cup (ETMC) Rote Ndao.

Sebelumnya di ETMC Lembata, Denis juga memperkuat tim PS Kabupaten Kupang.

Tidak hanya itu, Denis juga memiliki tekad yang kuat untuk melanjutkan pendidikannya.

Pada tahun 2021, ia diterima di Universitas Kristen Artha Wacana (UKAW) Kupang, dan memilih jurusan Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP).

Di tengah kesibukan kuliah, Denis tetap konsisten menjalani latihan sepak bola. Menjadi mahasiswa sekaligus atlet bukanlah hal yang mudah, tetapi Denis berhasil mengatur waktu antara perkuliahan dan latihan.

Ia selalu memastikan untuk menyelesaikan tugas-tugas kuliahnya, sambil tetap menjaga fisik dan keterampilan bermain bolanya. Ketekunan ini membuatnya semakin dikenal, baik di lingkungan kampus maupun di lapangan sepak bola.

“Saya selalu percaya bahwa pendidikan dan sepak bola bisa berjalan beriringan. Bagi saya, keduanya sama pentingnya. Di UKAW, saya mendapatkan ilmu yang bermanfaat untuk masa depan, tetapi di lapangan, saya belajar tentang disiplin, kerja sama tim, dan bagaimana menghadapi tekanan,” ujar Denis sambil tersenyum.

 

Di UKAW, Denis juga mendapatkan dukungan penuh dari teman-teman dan dosen-dosennya. Mereka melihat bagaimana tekad Denis untuk berhasil tidak hanya di akademik tetapi juga di dunia olahraga.

Hal ini menjadi motivasi tersendiri bagi Denis untuk terus berusaha memberikan yang terbaik, baik di dalam kelas maupun di lapangan hijau.

Pada tahun 2023, Denis terpilih memperkuat tim NTT di ajang Pra PON yang digelar di Bali, dan berhasil membawa NTT lolos ke PON 2024.

Denis juga terpilih bergabung bersama tim Perse Ende berlaga di ajang Liga 3 Nasional di Bandung.

Dan pada 2024, kesempatan emas kembali datang menghampiri Denis. Ia terpilih menjadi salah satu dari 23 pemain yang akan mewakili NTT di ajang PON XXI Aceh-Sumut.

Terpilihnya Denis bukan tanpa alasan. Selama bertahun-tahun, ia telah menunjukkan performa yang luar biasa di berbagai pertandingan, termasuk ETMC dan Piala Soeratin. Ketekunannya dalam berlatih dan dedikasinya terhadap sepak bola membuahkan hasil.

Seleksi ini bukanlah hal yang mudah. Para pemain harus melewati serangkaian tes fisik, teknik, dan mental yang sangat ketat.

Denis, dengan kecepatan dan kelihaiannya sebagai winger atau sayap kiri, berhasil memikat hati pelatih kepala Adnan Mahing dan asisten pelatih Patrick Domal.

Bersama rekan-rekannya, Denis menjalani pemusatan latihan intensif di Kupang dan Jakarta sebelum berangkat ke Banda Aceh untuk mengikuti PON XXI.

“Saat saya mendengar bahwa saya terpilih, saya tidak bisa percaya. Ini adalah mimpi yang menjadi kenyataan. Saya selalu bermimpi untuk bermain di ajang nasional, dan sekarang kesempatan itu ada di depan mata. Saya tahu, saya harus memberikan yang terbaik untuk NTT,” kata Denis dengan mata yang berbinar.

Perjalanan Denis dan tim sepak bola NTT di PON XXI Aceh-Sumut menjadi momen yang akan dikenang selamanya.

Pada babak penyisihan, NTT tampil gemilang dengan mengalahkan tim Gorontalo dengan skor telak 4-0. Begitu pun saat memenangkan laga melawan tim Sumatera Barat dengan skor akhir 1-0, dan hasil imbang 0-0 melawan tim Kalimantan Selatan.

Kemenangan ini bukan hanya sebuah kemenangan biasa, melainkan pencapaian besar yang membawa NTT sebagai runner up Grup D sekaligus lolos ke babak 8 besar, sebuah sejarah baru bagi sepak bola NTT di PON.

Bagi Denis, kemenangan ini adalah puncak dari semua kerja keras yang telah ia lakukan selama bertahun-tahun.

 

Bermain di depan ribuan penonton di stadion besar adalah pengalaman yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya.

Setiap detik di lapangan, setiap tendangan dan umpan yang ia berikan, adalah bentuk dedikasinya untuk NTT dan orang-orang yang selalu mendukungnya, dari Pomasule Ngada, Manggarai Timur, hingga Kupang.

“Ketika kami menang melawan Sumatera Barat dan Gorontalo, rasanya luar biasa. Ini adalah sejarah bagi NTT, dan saya bangga bisa menjadi bagian dari tim yang mencatat sejarah ini. Semua kerja keras, latihan, dan pengorbanan yang kami lakukan akhirnya terbayar. Ini bukan hanya kemenangan untuk kami, tetapi juga untuk seluruh rakyat NTT yang selalu mendukung kami,” kata Denis dengan suara haru.

Meski target awal mereka adalah medali emas, Denis dan timnya tetap bangga bisa mencapai babak 8 besar. Baginya, pencapaian ini adalah awal dari sesuatu yang lebih besar. Ia yakin, dengan dukungan dan pembinaan yang tepat, sepak bola NTT akan semakin maju di masa depan.

Kesuksesan tim sepak bola NTT di PON XXI tidak lepas dari dukungan berbagai pihak.

Selain pelatih Adnan Mahing dan Patrick Domal, tim ini juga mendapatkan dukungan penuh dari Ketua Asprov PSSI NTT Chris Mboeik dan Wakil Ketua Ridwan Angsar. Mereka tidak hanya memberikan arahan teknis, tetapi juga motivasi untuk terus berjuang meski dihadapkan pada berbagai keterbatasan.

Denis juga berterima kasih kepada seluruh official dan staf yang selalu memperhatikan kebutuhan tim, mulai dari persiapan di Kupang, Jakarta, hingga Sigli-Pidie, dana Banda Aceh.

Ibu Fifi Rea dan Ibu Ivon Angsar, dua sosok penting yang selalu ada di balik layar, memastikan tim mendapatkan segala kebutuhan mereka, baik fisik maupun mental.

Bagi Denis, dukungan ini sangat berarti, terutama ketika mereka harus menghadapi tekanan besar di ajang sebesar PON.

 

“Dukungan yang kami dapatkan dari semua pihak sangat luar biasa. Kami merasa seperti satu keluarga besar yang saling mendukung. Setiap kali kami merasa lelah atau tertekan, selalu ada orang-orang di sekitar kami yang memberikan semangat. Ini adalah pengalaman yang tidak akan pernah saya lupakan,” kata Denis penuh rasa syukur.

Setelah PON XXI, Denis memiliki impian besar untuk masa depannya. Ia ingin melanjutkan karier sepak bolanya ke tingkat yang lebih tinggi, dengan bermain di liga nasional dan klub-klub besar di Indonesia.

Selain itu, ia juga bertekad untuk menyelesaikan pendidikannya di UKAW dan meraih gelar sarjana.

Bagi Denis, pendidikan tetap menjadi prioritas, meski sepak bola adalah passion yang ia kejar dengan sepenuh hati.

“Saya ingin terus bermain bola, tapi saya juga ingin menyelesaikan pendidikan saya. Saya percaya bahwa pendidikan adalah investasi jangka panjang. Dengan ilmu yang saya dapatkan di UKAW, saya yakin saya bisa berkontribusi lebih banyak, baik di lapangan maupun di luar lapangan,” tutup Denis dengan senyum optimis.

Kisah Gaudensius Ismau adalah bukti nyata bahwa mimpi besar bisa terwujud melalui kerja keras, disiplin, dan dukungan yang tepat.

Dari lapangan kecil di Pomasule hingga panggung besar di PON XXI Aceh-Sumut, Denis telah menjadi simbol harapan baru bagi sepak bola NTT.

Bagi masyarakat NTT, Denis adalah pahlawan muda yang membawa angin segar dan harapan besar bagi masa depan olahraga sepak bola di provinsi ini.

Kisah inspiratif Denis tidak hanya akan dikenang sebagai bagian dari sejarah PON XXI, tetapi juga sebagai teladan bagi generasi muda NTT yang bermimpi besar dan berani mengejar mimpi mereka, meski berasal dari tempat yang sederhana.
Dengan tekad kuat dan semangat juang yang tak pernah padam, Denis telah menunjukkan bahwa tidak ada mimpi yang terlalu besar untuk dicapai.

Untuk NTT, Gaudensius Ismau bukan hanya seorang pemain sepak bola, tetapi juga simbol dari kerja keras, harapan, dan inspirasi bagi generasi mendatang. (Om Pena)

Advertisement


Loading...
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *