Connect with us

PENDIDIKAN & SASTRA

KBI Gelar Talk Show Kebangsaan untuk Pemuda NTT

Published

on

Narasumber dan peserta talk show kebangsaan berpose bersama di Tirosa Café and Resto, depan Bundaran Tirosa, Jalan Pulau Indah, Kelurahan Oesapa Barat, Kecamatan Kelapa Lima, Kota Kupang, Jumat (27/9).

Kupang, penatimor.com – Komunitas Bela Indonesia (KBI) Region NTT menyelenggarakan talkshow kebangsaan.

Tema yang diangkat adalah, “Pemuda NTT Menjaga Persatuan Tanpa SARA Demi NKRI”.

Peserta berasal dari beberapa komunitas yang ada di Kota Kupang, termasuk elemen mahasiswa, perwakilan OSIS SMA di Kota Kupang, dan media massa.

Kegiatan ini dilangsungkan di Tirosa Café and Resto, depan Bundaran Tirosa, Jalan Pulau Indah, Kelurahan Oesapa Barat, Kecamatan Kelapa Lima, Kota Kupang, Jumat (27/9).

Ketua Tim, Vivin da Silva, dalam sambutannya, mengatakan talk show yang diselenggarakan tersebut berangkat dari keresahan atas segala peristiwa di Indonesia dewasa ini.

“Dimana nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila mulai luntur seiring dengan perkembangan zaman. Pancasila merupakan ideologi yang menjadi pedoman dan dasar dalam berbangsa dan bernegara,” kata Vivin.

Menurut dia, begitu banyak persoalan yang terjadi beberapa tahun terakhir ini menjadi polemik di negara kita. Mulai dari terorisme, diskriminasi, hingga rasisme bagi warga Papua.

“Inilah mengapa perlu diadakan proses penguatan ideologi agar dengan pemahaman yang cukup atas dasar negara, kita bisa hidup berdampingan dengan baik dalam bingkai NKRI,” jelas dia.

Kegiatan talk show ini dihadiri pula beberapa nara sumber, yaitu dari akademisi, Yeftha Sabaat (Dosen Ilmu Politik UNC), Pdt. Emi Sahertian (Tokoh Agama), David Natun (Ketua Pemuda GMIT), Linda Tagie (Aktivis Perempuan), Dominikus (POLDA NTT), dan Abdul Syukur (GP ANSOR).

Linda Tagie dalam paparannya, menyoroti SARA sebagai isu yang sangat mengganggu, karena sejak Indonesia merdeka, isu ini sudah menjadi alat bagi penjajah untuk menghancurkan kita dan pemerintah harus dikawal dengan kritik.

“Kita tidak hanya bisa ikut arus dengan semua yang dibuat oleh pemerintah. Kita harus mampu menjadi kontrol sosial. Kita harus bisa melahirkan generasi-generasi muda yang anti rasisime,” kata Linda.

Sementara, Christo Kolimo selaku Ketua KBI, memberi beberapa rekomendasi, salah satunya menyebarkan tagar dan semangat, “Papua adalah Kita, Papua adalah Indonesia”.

“Perlunya upaya dialog dan pendekatan budaya dalam menyelesaikan berbagai permasalahan di Papua,” kata Christo.

“Perlunya upaya pembauran budaya dan pendekatan etnik demi mengajak mahasiswa Papua di NTT terlibat dalam berbagai kegiatan sehingga merasa diterima di tengah masyarakat,” lanjut dia.

Menurut Christo, harus dibudayakan kesantunan dalam menyampaikan pendapat pada ruang publik demi mencegah munculnya dan meningkatnya konflik di era digital-milenial. (wil)

Advertisement


Loading...