UTAMA
Warga Tolak Keberadaan Gereja, Kapolsek Sedayu: Saya Ikhlas Mati untuk Lindungi Orang yang Tertindas
Bantul, Penatimor.com – Keberadaan Gereja Pantekosta di Indonesia (GPdI) Immanuel Sedayu di Bandut Lor RT 34, Desa Argorejo, Kecamatan Sedayu, Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta menjadi polemik. Meski sudah mengantongi IMB, warga setempat tetap menolak keberadaan gereja tersebut.
Seperti dilansir dari kumparan.com, penolakan itu atas dasar kesepakatan warga dengan Tigor Yunus Sitorus (49) pendeta dan pimpinan gereja pada 2003. Saat itu disepakati bangunan yang didirikan Sitorus akan difungsikan sebagai rumah tinggal bukan gereja.
Kapolsek Sedayu Kompol Sugiarta turut angkat bicara. Saat mediasi di Aula Kecamatan Sedayu, di hadapan warga dan Sitorus, dia menegaskan tidak ingin ada aksi intoleransi. Dia siap pasang badan jika sampai ada kejadian intoleransi.
“Pesan dari Kapolres jangan sampai ada intoleransi. Itu menandakan kita tidak dewasa, itu menandakan kita egois. Orang egois adalah orang yang paling tolol,” ujarnya, Selasa (9/7).
“Saya ditugaskan menjaga kamtibmas (keamanan dan ketertiban masyarakat) saya akan lindungi dengan darah saya. Tidak main-main pak, saya ikhlas mati untuk melindungi orang yang tertindas,” ujarnya.
Selain menegaskan posisinya saat itu, Sugiarta juga menyampaikan pesan kesatuan bangsa ini. Dia mengatakan bangsa ini berdiri karena perjuangan berbagai suku dan agama.
“Jangan kau dustakan orang yang ikut berjuang mereka punya hak yang sama jadi kalau sudah punya keyakinan harus disamakan. Tidak boleh pak,” ujarnya.
Menurutnya sebagai seorang muslim tidak boleh memaksakan keyakinan orang lain. Sementara Sitorus menjadikan rumahnya sebagai gereja lantaran belum mempunyai tempat lain.
“Harus dihargai keberadaan mereka semua,” katanya.
Sugiarta pun mengaku akan menyampaikan masalah ini ke pimpinan. Dia berharap agar disediakan lokasi sebaik-baiknya untuk Sitorus dan jemaahnya.
“Tapi kalau ada tawaran tempat Pemerintah Desa bisa dipertimbangkan itu sebuah solusi,” katanya. (Mar/kumparan.com)