Connect with us

UTAMA

Hari TBC Sedunia, Dinkes Kota Kupang Optimalkan Gerakan Ketuk Pintu

Published

on

Petugas Dinas Kesehatan Kota Kupang melakukan sosialisasi TBC melalui Gerakan Ketuk Pintu di salah satu panti asuhan di Kota Kupang, belum lama ini.

Kupang, penatimor.com – Hari TBC pada 24 Maret 2019, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Kupang gencar melakukan sosialisasi dan Gerakan Ketuk Pintu untuk menemukan pasien TBC.

Dinas Kesehatan sudah memulai beberapa rangkaian acara menyambut Hari TBC Sedunia sejak bulan Februari lalu.

Beberapa kegiatan yang telah digelar yaitu sosialisasi dengan tema, Saatnya Indonesia Bebas TBC Mulai dari Saya, Peduli TBC Indonesia Sehat.

Sosialisasi dilakukan di Lapas Wanita Kelas III Kupang, Panti Asuhan, Panti Jompo Budi Agung, Panti Tuna Netra, Pasar Oebobo, Biara Bruder Liliba, susteran, Panti Risa Mustika, dan Gerakan Ketuk Pintu yang dilakukan di rumah warga.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Kupang dr. Ari Wijana, saat diwawancarai, mengatakan, jika dalam sosialisasi dan gerakan Ketuk Pintu ini ditemukan adanya penderita TBC, maka akan dirujuk ke Puskesmas untuk dilakukan pemeriksaan dahak.

“Jika setelah dilakukan pemeriksaan dahak dan memang mengidap TBC, maka akan langsung mendapatkan pengobatan secara rutin, minimal enam bulan secara teratur. Selain itu obat juga diperoleh secara gratis di Puskesmas,” terangnya.

Dia mengatatakan, gejala utama TBC adalah batuk lebih dari dua minggu, sering berkeringat saat malam hari tanpa melakukan aktivitas, berat badan menurun, napsu makan berkurang, demam, sesak napas dan gejala lainnya.

“Yang paling penting untuk diketahui masyarakat adalah TBC menular melalui udara dan percikan dahak yang dikeluarkan oleh penderita. Maka jika dalam satu keluarga ada anggota keluarga yang menderita TBC, maka wajib dilakukan pemeriksaan kontak agar dapat ditemukan lebih dini,” terangnya.

Masyarakat juga mengetahui bahwa TBC ini merupakan penyakit yang bisa diobati, asalkan penderita mau melakukan pengobatan secara teratur tanpa bolos seharipun sampai dinyatakan sembuh.

“Jika dalam pengobatan mengalami kendala atau pasien tidak mengikuti prosedur yang ada, maka akan masuk dalam TBC kategori II, tentunya pengobatannya berbeda juga, yaitu dengan cara mengkonsumsi obat dengan cara disuntik selama enam bulan setiap hari, jika tidak berhasil juga dan masuk dalam TBC MDR, sehingga harus menerima pengobatan oral dan suntik selama enam bulan setiap hari,” jelasnya.

Sehingga kata Ari, sangat penting menemukan sejak dini agar penderita lebih cepat menerima pengobatan dan belum masuk ke TBC yang berat.

Dia melanjutkan, TBC merupakan penyakit yang bisa disembuhkan dan bisa dicegah, dengan menerapkan pola hidup bersih dan sehat.

Berdasarkan hasil data rekapitulasi penemuan kasus TBC tahun 2019 dengan gerakan ketuk pintu yang telah dilakukan oleh enam puskesmas yaitu Puskesmas Oebobo dengan jumlah rumah yang diedukasi dan diskrining TBC sebanyak 349, ditemukan 1 pasien TBC.

Sementara, Puskesmas Pasir Panjang, jumlah orang yang diedukasi dan diskrining sebanyak 325 dan tidak ditemukan penderita TBC.
Puskesmas Oesapa, jumlah yang diedukasi dan diskrining 907 orang dan ditemukan tiga orang menderita TBC.

Puskesmas Sikumana, 331 orang diedukasi dan diskrining dan ditemukan 4 orang menderita TBC.

Sementara, di Puskesmas Oepoi, jumlah yang diedukasi dan diskrining sebanyak 107, ditemukan ada 2 orang yang menderita TBC.

Total masyarakat yang diedukasi dan diskrining sebanyak 2.738 orang dan ditemukan 17 penderita TBC yang langsung dirujuk ke Puskesmas untuk menerima pengobatan secara rutin sampai sembuh.

Sementara untuk enam puskesmas lainnya, yaitu Puskesmas Kupang Kota, Penfui, Bakunase, Naioni dan Manutapen akan melakukan gerakan ini pada pekan depan.

Sementara data tahun 2018 lalu, jumlah rumah yang diketuk sebanyak 15.101, jumlah anggota keluarga 38.419 orang, jumlah anggota keluarga yang yang pernah sakit TBC sebanyak 370, dan yang positif TBC dan dirujuk untuk menerima pengobatan sebanyak 103 orang. (R1)

Advertisement


Loading...
error: Content is protected !!