UTAMA
Diculik dan Dipekerjakan di Depok, Perempuan Kupang Ini Disiram Air Panas
Kupang, penatimor.com – Yuni Sunlay (26) warga RT 018/RW 006, Kelurahan Oesapa Barat, Kecamatan Kelapa Lima, Kota Kupang yang menjadi korban penculikan dan tenaga kerja di Jakarta akhirnya kembali bertemu dengan keluarganya.
Korban yang diantar oleh Jappy M. Pellokila, tiba di Kupang melalui Bandara El Tari sekitar pukul 10.00, Jumat (15/2).
Keluarga korban yang mengetahui kedatangan anaknya itu beramai-ramai ke bandara.
Rasa syukur kepada Tuhan pun tidak dihentikan. Sebagai ucapan terima kasih, kepada Jappy M. Pellokila dikalungi selimut saat berjumpa di bandara.
Korban penculikan yang diangap terlahir kembali itu usai bertemu keluarga langsung dibawa menggunakan mobil Avanza warna hitam ke kediamannya.
Tenda berwarna biru yang sudah dibentang di rumahnya itu sempat dipadati keluarga besarnya serta tentangga yang menanti kedatangan korban.
Korban yang tiba di rumahnya dikawal LSM Jaringan Solidaritas untuk Kemanusiaan dan LSM JPIT, IRGSC, J-RUK serta Rumah Harapan.
Suasana sempat hening karena keluarga penasaran melihat kondisi korban yang sudah menghilang sejak April 2016 itu.
Anak pertama korban yang baru berusia 8 tahun itu tampak tidak ingin melepas ibunya yang baru kembali itu.
Bocah itu seakan melepas rasa kangen dan ingin merasakan kehangatan dari pelukan ibu kandungnya itu.
Yuny Sunlay, kepada wartawan, mengungkapkan kejadian berawal saat dirinya hendak membuang sampah di TPS yang tidak jauh dari rumahnya.
Sesampainnya di TPS, tampak sebuah mobil berwarna hitam yang sudah terparkir di TKP.
Ada sosok laki-laki yang keluar dari dalam mobil menggunakan masker dan langsung memaksanya untuk masuk ke dalam mobil.
“Saya tidak mau naik tetapi dipaksa, terus kaget saya sudah tidak sadar lagi. Setelah sadar sudah berada di dalam sebuah rumah. Saya tidak tahu. Setelah itu diajak untuk bekerja dengan gaji yang banyak sehingga saya bilang tunggu saya pamit mama dulu namun ia melarang untuk bertemu keluarganya,” jelasnya.
Dikatakan, di dalam mobil tersebut terdapat dua orang perempuan lalu ketiganya dibawa ke penampungan di seputaran lampu merah Oesapa. Di tempat penampungan tersebut ketiganya disekap selama 3 hari.
“Itu orang kami tidak kenal dan saat di penampungan kami diberikan makanan tapi hanya dibuang saja baru suruh kami makan. Setelah tiga hari baru kami dibawa ke Jakarta menggunakan pesawat,” jelasnya.
Ditambahkan ketiganya disuntik obat bius saat tiba di Jakarta lalu dibawa ke suatu warung.
Setelah tiba di warung tersebut, pria yang tidak dikenal itu malah pergi meninggalkan para korban.
“Kami tidak sadarkan diri. Saat kami sudah sedikit sadar disuntik lagi. Kami disuntik di tangan sehingga kaget kami sudah di depan warung tidak tau mau ke mana. Tiba-tiba laki-laki yang membawa kami keluar dari warung dengan salah satu ibu. Ibu itu disuruh untuk pilih satu dari kami bertiga. Lalu ibu itu memilih saya,” ungkap Yuni sambil menunjukan tangannya yang dibius.
Korban dipekerjakan di sebuah warung yang terletak di Kota Depok, Provinsi Jawa Barat selama kurang lebih tiga bulan.
Pemilik warung tidak diketahui namanya. Setelah memasuki tiga bulan bekerja, korban kemudian meminta upahnya.
Mendengar permintaan upah kerja korban, majikannya berjanji akan diberikan pada besok harinya. Pada keesokan harinya majikannya malah menyiram korban dengan air panas ke tubuh korban.
Setelah mendapat siram menggunakan air panas, korban memilih kabur dari majikannya itu.
“Ojek yang kebetulan ada disekitar situ yang menolong saya. Dia suruh saya pergi jauh ke tempat yang tidak bisa dicari. Jadi saya kabur daerah Kebayoran Lama.
Saat di sana, Yuny ditampung oleh seorang yang yang diketahui bernama Agus yang bekerja serabutan. Ia juga mengaku terkadang tidur di dekat rel kereta api lalu bertemu dengan salah satu pemilik warung bernama Ma Atun sehingga ia sempat bermalam.
Akibat siraman air panas, tubuh Yuni mengalami ruka parah. Namun pria yang diketahui bernama Agus menjadi penyalamat dan menyembuhkan lukanya.
Berawal dari perkenalan tersebut Yuni tinggal bersama Agus di bawah kolong jembatan hingga ia ditemukan oleh Jappy M. Pellokila.
Anak dari almarhum Simon Sunlay dan ibu Doritia Banu ini sering mendapat razia dari Sat Pol PP namun karena tidak ada tempat tinggal yang layak sehingga kolong jembatan menjadi tempat hunian mereka.
Pria yang selalu disebut Mas Agus ini menerima Yuni apa adanya dan keduanya pun menjalani pacaran. Dari hubungan mereka Yuni sempat hamil dan melahirkan namun anaknya itu diadopsi orang. Dan saat ini Yuni sedang mengandung anak kedua.
“Mas Agus yang terus mengabari kabarnya. Dia janji saya jaga janin saya karena dia akan datang dan tinggal di Kupang bersamanya,” ujarnya.
Lebih lanjut ia mengaku kedua temannya bernama Meri dan Anisa. Mereka juga berasal dari Oesapa namun ia sempat mencari mereka saat hendak kabur ke Kebayoran Lama namun tidak menemukan mereka.
Jappy M. Pellokila yang mengantar Yuni mengisahkan, ia menemukan Yuni dalam kondisi yang tidak terawat namun dari wajahnya ia meyakini bahwa Yuni merupakan orang NTT, sehingga ia menanyakan kepada korban dan dari pengakuan korban ia langsung berkesimpulan harus dikirim pulang.
“Sebelumnya sudah dikabari oleh rekan-rekan di Kupang sehingga saat ditemukan dalam kondisi tidak terawat saya langsung berkoordinasi dengan rekan-rekan untuk dipulangkan,” jelasnya.
Sementara Dortia Banu, ibu kandung korban mengaku anak ke enam dari delapan bersaudara itu keluar dari rumah pada tanggal 28 Maret 2016 sekitar pukul 18:30 dengan tujuan membuang sampah di TPS yang tidak jauh dari rumahnya. Namun korban malah menghilang.
Sebagai seorang ibu, dia sangat merasa kehilangan dan bersama keluarga mulai melakukan pencarian namun tidak menemukan korban.
“Saya juga takut jadi tidak lapor ke polisi namun kami keluarga terus cari ke mana-mana dan karena sudah tidak ketemu kami hanya berdoa kepada Tuhan untuk berikan yang terbaik untuk Yuni,” ungkapnya.
Waktu terus bergulir namun sosok Yuni tak kunjung pulang. 4 Tahun merayakan Natal dan Tahun Baru tanpa kehadiran Yuni. Keluarga juga sempat putus asah dan pasrah.
“Karena sudah lama menghilang, kami semua berpikir Yuni sudah benar-benar meninggal. Tetapi saya perasaan tidak tenang. Saya terus berdoa di hamba Tuhan dan terakhir saya bernasar di gereja pada hari Minggu tanggal 3 Februari lalu hari Senin tanggal 4 mendapat kabar bahwa Yuni masih hidup,” urai Dortia sambil meneteskan air matanya.
Henky Ataupah, tetangga dan juga keluarga korban menduga korban diculik lalu dinginapkan di penampungan dan pelaku memanipulasi identitas korban karena korban menghilang tanpa membawa data dirinya.
“Melintasi Bandara El Tari minimal identitas penumpang harus jelas sehingga kuat dugaan pelaku memanipulasi identitas para korban,” katanya.
Sebagai keluarga ia mengucapkan terima kasih kepada para pihak yang sudah berusaha dan mengembalikan korban kepada keluarganya.
“Kami keluarga sangat bersyukur, karena anak kami sudah kembali dalam kondisi selamat. Selama ini kami anggap sudah meninggal namun harus diakui bahwa doa tulus seorang ibu tidak mungkin dihianati oleh tuhan,” tutupnya. (R1)