UTAMA
Sudah 1.376 Pengidap HIV-AIDS di Kupang, 13 Persen Ibu Rumah Tangga
Kupang, penatimor.com – Komisi Penanggulangan HIV AIDS (KPA) Kota Kupang menggelar peningkatan kapasitas bagi wartawan peliput berita HIV dan AIDS pada Komunitas Jurnalis Peduli HIV (KJPA).
Kegiatan yang berlangsung di Aula Rumah Jabatan Wakil Wali Kota Kupang, Kamis (29/11), ini diikuti oleh 10 wartawan di Kota Kupang yang tergabung dalam KJPA.
Sekretaris KPA Kota Kupang Steven Manafe, mengatakan, pertemuan ini memang sangat penting, untuk membangun sinergitas antara KPA dan para jurnalis terutama dalam menulis berita untuk mengedukasi masyarakat.
Tujuan kegiatan ini yaitu untuk berbagi pengetahuan tentang HIV dan AIDS di Kota Kupang.
Dia mengatakan, data terakhir per November 2018, penderita HIV AIDS sebanyak 1.376 orang, dengan rincian HIV 960 orang dan AIDS 416 orang.
Dimana kebanyakan penderita terbanyak adalah pekerja swasta sebesar 20 persen, ibu rumah tangga 13 persen dan lainnya.
Dia mengatakan, salah satu upaya Pemkot Kupang adalah menutup tempat tempat lokalisasi Karang Dempel, dan semua tempat yang terindikasi ada praktik-praktik prostitusi. Hal ini tentu akan mendatangkan banyak pro dan kontra.
Salah satu dampak ikutannya adalah penyebaran HIV dan AIDS. Karena itu, KPA Kota Kupang mengajak kerja sama Jurnalis Peduli AIDS untuk bersama-sama mengedukasi masyarakat tentang apa itu HIV dan apa itu AIDS.
“Banyak orang seringkali salah menerjemahkan. HIV dan AIDS kadang dijadikan sama, padahal sebenarnya keduanya berbeda. Hal ini yang perlu diedukasi ke masyarakat,” ujarnya.
Jurnalis kata dia, merupakan ujung tombak untuk sosialisasi dan edukasi masyarakat.
Semua program KPA telah berjalan, baik itu Warga Peduli AIDS (WPA) yang ada di setiap kelurahan, maupun kerja sama dengan beberapa LSM pendamping.
KPA merasa penting untuk menjalin kerja sama dengan jurnalis, sebagai corong edukasi di masyarakat.
Dalam kegiatan ini jurnalis diajak untuk menuliskan berita HIV dan AIDS yang menggunakan sisi humanis.
Tulisan yang diproduksi tidak mengintimidasi, misalnya kata penderita yang ditujukan bagi mereka yang ODHA. Pemilihan kata dalam berita perlu diperhatikan agar tidak ada unsur diskriminasi.
Hal ini dijelaskan Monika Watun, salah satu dosen Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang yang mengajar mata kuliah Konsentrasi Jurnalistik.
“Ada pemilihan kata yang harus diperhatikan dalam penulisan berita, misalnya kata penderita. Hal ini sama dengan kita membuat mereka menderita berulang kali ketika membaca tulisan di media, mengelompokan mereka dalam sebuah kumpulan orang sakit, itulah yang harus diperhatikan,” kata Monika.
Dia menjelaskan, dalam penulisan berita, jangan ada diskriminasi atau keberpihakan apalagi opini penulis dimasukan dalam berita.
“Dalam berita khususnya berita HIV dan AIDS, jurnalis harus memberikan sebuah tulisan berkualitas dengan mengedepankan rasa empatinya. Dengan begitu, tulisannya pun akan menjadi penyemangat bagi ODHA,” pungkas Monika. (R1)