UTAMA
Tempo – Bekraf Dampingi Pelaku Ekonomi Kreatif di Kupang
Kupang, penatimor.com – Tempo Institute dan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) memulai program pendampingan Komunitas Kreatif Bekraf-Tempo Institute (Kombet Kreatif) selama tiga hari di Aula Rumah Jabatan Wali Kota Kupang, Selasa (9/10).
Program Kombet Kreatif yang digelar selama tiga hari di Kupang, dan diikuti 40 pelaku ekonomi serta industri kreatif yang terpilih, dibuka oleh Wali Kota Kupang Jefri Riwu Kore.
Koordinator Lawatan 12 Kota-Kombet Kreatif, Tatty Apriliyana, mengatakan, Kombet Kreatif adalah sebuah program yang difasilitasi Badan Ekonomi Kreatif Deputi 6 Dalam Negeri dan bekerja sama dengan Tempo Institute.
Pintu masuk pendampingan ini adalah workshop story telling. Karena Bekraf mendapati sebuah keadaan teman-teman pegiat ekonomi kreatif memiliki produk yang bagus.
Kualitas yang tidak kalah dengan buatan luar negeri, packaging juga sangat baik, tapi seringkali timbul pertanyaan kenapa produk bagus tapi tidak mendapat apresiasi ekonomi yang bagus juga.
“Setelah melakukan riset ternyata diketahui, belum cukup memiliki kemampuan dalam menceritakan dirinya sendiri dalam menarasikan kegiatan dan proses yang dijalani. Padahal kita ketahui tren pemasaran saat ini menggunakan metode story telling. Jadi teman-teman tidak berjualan secara langsung dan tidak menawarkan jualannya dalam bahasa yang terlalu tegas. Tapi berputar-putar dulu menceritakan kegiatan mereka, sejarah, keunggulan dengan harapan calon pembeli terpikat hatinya. Ketika mereka terpikat dan terikat, maka dengan mudah memutuskan membeli produk teman-teman,” kata Tatty.
Dia melanjutkan, tujuan program ini untuk bersama-sama belajar bagaimana menulis dan membuat kisah yang menarik tentang produk yang dimiliki dan segala unsur yang mendukungnya, agar apa yang dilakukan bisa memikat hati pembeli, agar berimbas baik pada penjualan.
Tatty mengatakan, Tempo Institute mempunyai hubungan yang sangat erat dengan Kota Kupang, karena Kota Kupang memiliki posisi penting di Tempo Intimedi.
“Kami seringkali mengadakan acara dan program di sini, ada pendampingan Peta Kaum Muda Indonesia. Sebuah acara prestisius mencari calon pemimpin muda dari seluruh Indonesia. Kota Kupang salah satu kota yang dipilih. Kita juga mengadakan fellowship investigasi di kelompok. Anak Kupang, Jhon Seo liputannya mendapat Sofa Awards September lalu. Jadi Kota Kupang mempunyai arti yang penting bagi Tempo Intimedia dan Institute,” tuturnya.
Dia berharap proses belajar yang ini, dilalui dan memberi manfaat, terutama untuk pegiat ekonomi kreatif sehingga bisa meningkatkan level berjejaring yang lebih meyakinkan.
Dikatakan, ibu kota Provinsi NTT ini adalah kota kesebelas yang didatangi program Kombet Kreatif.
Sepuluh kota yang sudah datangi yaitu Padang, Surabaya, Kendari, Karangasem, Maumere, Singkawang, Malang, Bojonegoro, Bandung Barat, dan Belu. Merauke akan menjadi kota terakhir.
Program ini bertujuan mempererat jejaring komunitas kreatif di tingkat kota dan kabupaten. Setiap kota atau kabupaten, memiliki kekayaan potensi ekonomi kreatif yang unik dan khas.
Kupang, misalnya, sangat kuat memiliki potensi di bidang fashion, seni pertunjukan, kuliner, dan kriya.
Komunitas kreatif berbagai bidang di Kupang karenanya perlu berkolaborasi dan menjadi pendorong kemajuan ekonomi kreatif.
“Kami percaya, komunitas kreatif yang berjejaring kuat akan meningkatkan ekonomi kreatif di daerah dan juga bermanfaat di level nasional,” kata Deputi Hubungan Antar Lembaga dan Wilayah Bekraf, Endah Wahyu.
Program ini menghadirkan kreator inspiratif, ahli pemasaran, dan pakar branding. Di Kupang, Dinny Jusuf (kreator Toraja Melo) dan Rizky Arief (kreator Nah Project) hadir berbagi semangat dan inspirasi.
Pada program ini juga akan diperkenalkan skill storytelling, penceritaan, yang sangat penting untuk membangun nilai tambah produk kreatif. Narasi yang memikat adalah sarana yang ampuh meningkatkan nilai tambah sebuah produk kreatif.
“Kisah yang kuat bisa membangun ikatan antara produk dan konsumen, serta membuat sebuah produk berbeda dengan produk lain yang serupa. Narasi yang bagus sangat dibutuhkan,” kata Mardiyah Chamim, Direktur Eksekutif Tempo Institute.
Dia mengatakan, lebih dari sekadar pertemuan komunitas, rangkaian lawatan ini adalah sebuah upaya pendampingan komunitas untuk berkolaborasi dengan lebih baik.
Karenanya, jaringan Indonesia Creative Cities Network (ICCN) menjadi mitra strategis untuk mewujudkan kolaborasi antar komunitas dalam jangka panjang.
Dijelaskan, sepanjang 2017, Produk Domestik Bruto (PDB) dari sektor ekonomi kreatif tercatat mencapai Rp 852 triliun. Angka ini diyakini terus meningkat di tahun-tahun mendatang, sebuah perkembangan yang harus diimbangi dengan peningkatan kemampuan menarasikan dan memasarkan produk bagi pelaku ekonomi kreatif.
Sementara itu, Kasubid Antar Lembaga Dalam Negeri Deputi 6 Badan Ekonomi Kreatif, Yosef Payong Masan, mengatakan, Badan Ekonomi Kreatif mencoba melakukan analisis dan evaluasi dari berbagai kegiatan yang dilakukan di berbagai daerah dan diskusi informal di Kupang terkait kondisi ekonomi kreatif.
Menurut Yosef, ditemukan ada permasalahan untuk mencari jalan keluar agar hasil produksi dari pelaku ekonomi kreatif terkenal dan terjual, bahkan bisa menambah nilai ekonomis.
“Tempo sebagai penyelenggara, kita temukan formula dengan istilah Kombet. Ada formula yang bagus dan bisa dijalankan dengan storytelling. Kami bekerja sama dengan Tempo untuk mencari dan menggali apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan ekonomi kreatif,” ujarnya.
Yosef mengakui belum maksimal untuk turun di Kota Kupang. Tapi arahannya sudah di tingkat nasional agar Bekraf dapat konsern di kawasan timur.
“Kami tidak janji, tapi mudah-mudahan Bekraf berusaha turun di Kota Kupang untuk mensinergikan program, dan perlu dicari alternatif dengan ekonomi kreatif untuk kesejahteraan masyarakat kita sendiri,” demikian Yosep. (R1)