PILKADA
Dipermainkan Tengkulak, Petani Jambu Mete Mengadu ke Mama Emi
Tambolaka, Penatimor.com – Cawagub NTT Emellia Julia Nomleni kembali melakukan safari politik. Kali ini ke desa Hameli Ate, Kecamatan Kodi Utara, Kabupaten Sumba Barat Daya, Selasa (29/5/2018).
Sepanjang perjalanan menuju desa Hameli Ate, tanaman jambu mete tumbuh subur di sisi kiri kanan jalan.
Hamparan pohon mete bagai hutan homogen itu belum berbuah. Saat musim petik, hasil pohon jambu mete di daerah Hameli Ate cukup melimpah.
Namun karena masalah infrastruktur jalan dan jauhnya lokasi desa dari ibukota kabupaten, kadang-kadang harga dipermainkan oleh para tengkulak.
“Di sini, hasil jambu mete melimpah. Harga sekilo biasanya Rp 20 ribu sekilo. Kalau para tengkulak yang datang sendiri ke sini, harganya lebih rendah lagi. Kami hanya minta kepada Mama Emi, jika terpilih nanti, bisa mengatur harga yang memihak pada kami,” ujar Hendrik Tembabiri (32), warga desa Hameli Ate, sewaktu rombongan Mama Emi, sapaan Emelia, tiba di desa itu.
Hendrik mengakui, campur tangan pemerintah dalam mengontrol harga jambu mete ini sangat penting.
“Karena kadang harga dimanipulasi oleh para tengkulak. Apalagi kalau mereka sendiri yang datang ke sini. Untuk itu, campur tangan pemerintah dalam mengelola dan mengontrol harga sangat kami butuhkan,” ungkapnya.
Keinginannya untuk mengadu seakan terwujud seiring kehadiran Mama Emi. Dan memang, kata Hendrik, baru kali ini ada paket dari provinsi yang bersusah-susah mengunjungi desa mereka.
“Selama ini belum ada paket dari provinsi yang mengunjungi desa ini. Hanya Mama Emi. Kalau paket dari kabupaten sudah sering datang,” tuturnya.
Sebagai penduduk asli kecamatan Kodi Utara, Hendrik mengakui, tanah mereka sangat subur. Di daerah ini, tak hanya pohon jambu mete yang tumbuh subur, tapi juga pohon jati, jagung, ubi jalar, juga tembakau.
“Tentu, ada banyak kelompok tani yang mengerjakan itu semua. Banyak keluhan, sekaligus permintaan kepada Mama Emi, agar bisa menyiapkan pupuk dan bibit tanaman. Yang paling kami butuhkan adalah alat semprot,” jelasnya.
Selain hasil tani, lanjut Hendrik, hasil tenun juga adalah karya budaya yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan warga desa Hameli Ate.
“Di sini belum ada kelompok tenun. Tapi masyarakat secara individu menenun. Mereka butuh bantuan berupa modal, sekaligus bagaimana cara memasarkannya,” pungkas Hendrik.
Dalam kesempatan itu, terkait berbagai hasil alam dan kerajinan yang dihasilkan warga, Mama Emi mengatakan, ada program-program yang disiapkan untuk meningkatkan perekonomian warga.
“Kalau soal hasil tanaman, kita akan perbaiki jalan, tentu sesuai tupoksi masing-masing. Dalam menyalurkan hasil tani, pemerintah provinsi dan kabupaten akan mengambil bagian, agar rantai ekonomi bisa berjalan dengan baik,” ujarnya.
“Selama ini warga memiliki hasil pertanian, tapi soal pemasaran, mereka kewalahan. Pemerintah hadir untuk memastikan, warga bisa menjual hasil taninya dengan harga yang lebih baik,” sambungnya.
Tentu, lanjut Mama Emi, ada bantuan-bantuan terhadap para petani yang disiapkan.
“Kami juga akan menyiapkan pupuk dan bibit-bibit tanaman bagi para petani. Lebih dari itu, kami juga akan mendirikan koperasi, yang bisa membantu masyarakat untuk meningkatkan hasil penjualannya,” tegas Mama Emi. (R2)