NASIONAL
NTT Daerah Endemis Tinggi Malaria
Jakarta, penatimor.com – Hari Malaria Sedunia (HMS) tahun ini menjadi momen bagi pemerintah Indonesia untuk terus gencar memperluas wilayah bebas malaria.
Hal tersebut penting dilakukan mengingat masih banyaknya warga Indonesia yang tinggal di daerah endemis malaria.
HMS yang digelar Senin (29/4) bertujuan meningkatkan kesadaran dan komitmen semua komponen bangsa terkait pencegahan dan pengendalian malaria menuju eliminasi.
Plt. Kepala Biro Komunikasi dan
Pelayanan Masyarakat Kemenkes drg. Murti Utami, MPH., kepada penatimor.com, mengatakan, situasi malaria di Indonesia menunjukkan masih terdapat 10,7 juta penduduk yang tinggal di daerah endemis menengah dan tinggi malaria. Daerah tersebut terutama meliputi Papua, Papua Barat, dan NTT.
Murti sampaikan, pada 2017, dari jumlah 514 kabupaten/kota di Indonesia, 266 (52%) di antaranya wilayah bebas malaria, 172 kabupaten/kota (33%) endemis rendah, 37 kabupaten/kota (7%) endemis menengah, dan 39 kabupaten/kota (8%) endemis tinggi.
“Saat ini pemerintah Indonesia khususnya Kemenkes sudah on the track dalam upaya eliminasi malaria pada 2030. Pada tahun 2016 jumlah kabupaten/kota eliminasi malaria sebanyak 247 dari target 245,” sebut Murti.
Pada 2017 kata dia, pemerintah berhasil memperluas daerah eliminasi malaria yakni 266 kabupaten/kota dari target 265 kabupaten/kota.
Sementara tahun ini ditargetkan sebanyak 285 kabupaten/kota yang berhasil mencapai eliminasi, dan 300 kabupaten/kota pada 2019.
Selain itu, pemerintah pun menargetkan tidak ada lagi daerah endemis tinggi malaria di 2020. Pada 2025 semua kabupaten/kota mencapai eliminasi, 2027 semua provinsi mencapai eliminasi, dan 2030 Indonesia mencapai eliminasi.
Murti melanjutkan, eliminasi malaria adalah upaya untuk menghentikan penularan malaria setempat dalam satu wilayah geografi tertentu.
Maksudnya, kasus malaria masih ada namun bukan didapat di daerah tersebut, dan bisa jadi masih ditemukan nyamuk penular malarianya, sehingga tetap dibutuhkan kewaspadaan petugas kesehatan, pemerintah, dan masyarakat untuk mencegah penularan kembali.
“Upaya pemerintah dalam memperluas wilayah bebas malaria di antaranya dilakukan melalui pekan kelambu anti nyamuk massal dan pemantauan penggunaannya,” terang Murti.
Secara nasional, lanjut dia, jumlah kelambu yang didistribusikan untuk seluruh Indonesia sejak tahun 2004 sampai 2017 sebanyak 27,6 juta kelambu.
Secara umum upaya yang efektif mencegah malaria adalah tidur menggunakan kelambu, penyemprotan dinding rumah, dan menggunakan repellent.
Sementara upaya lainnya adalah dengan manajemen lingkungan, termasuk menebarkan ikan pemakan jentik, seperti ikan mujair dan cupang.
Dilakukan pula pelatihan tenaga untuk malaria bagi (dokter, perawat, analis, kader, petugas surveilans, etomolog), dan penyediaan alat diagnostik dan obat anti malaria yaitu artemisinin based-combination therapy (ACT). (R3)