Connect with us

PILKADA

‘Mama Emi Tawarkan Terobosan, Tidak Banyak Teori’

Published

on

Cawagub NTT, Emelia Julia Momleni (tengah baju putih)

Kupang, penatimor.com – Debat kandidat Cagub-cawagub NTT sesi pertama pada 5 April 2018 lalu memang menuai banyak tanggapan. Dari debat itu, masyarakat bisa menilai dan menentukan pilihannya pada pemungutan suara 27 Juni mendatang.

Salah seorang mengaku menonton serius proses debat itu adalah Lorens Dami Lodu (74). Usai menonton debat itu, dia memutuskan memilih Mama Emi, sapaan akrab Cawagub NTT nomor urut 2, Emellia Julia Nomleni.

“Saya akhirnya berpikir dan memutuskan memilih Ibu Emi usai nonton debat kandidat itu,” kata Lorens Dami sewaktu Mama Emi melakukan kampanye dialogis di Kelurahan Lewopaku, Kecamatan Lewa, Kabupaten Sumba Timur, Sabtu (28/4/2018).

Menurutnya, Mama Emi mampu memberikan jawaban dan solusi terhadap masalah-masalah yang dihadapi masyarakat NTT.

“Misalnya soal gizi buruk. Dia tidak persalahkan pihak rumah sakit atau dinas kesehatan, tapi dia menawarkan terobosan,” katanya.

Terobosan itu, lanjutnya, adalah memberikan penguatan ekonomi kepada kaum perempuan agar bisa memberikan makanan yang bergizi bagi anak-anaknya.

“Dia tidak bicara teori panjang lebar. Yang dia bicarakan adalah hal-hal sederhana yang bisa dilakukan para perempuan, agar bisa memberikan makanan sehat bagi anak-anaknya. Dia bicara tentang hal-hal di sekitar yang bisa diperdayakan kaum perempuan,” ujar Lorens.

Hal-hal sederhana yang dilakukan para ibu itu, kata Lorens, memang harus mendapat dukungan dari pemerintah.

“Dan Ibu Emi menawarkan terobosan itu dengan memberikan penguatan ekonomi kepada mereka,” terangnya.

Selain gizi buruk, sambungnya, sosok Mama Emi juga memiliki nilai tambah tersendiri.

“Bahwa kaum perempuan juga harus diberi tempat untuk mengurus pemerintahan. Dan ini terjadi pertama kali dalam sejarah, bahwa seorang perempuan menjadi kandidat Pilgub,” ujarnya.

“Bagi saya, justru perempuan NTT yang tahu persoalan NTT. Dan seorang perempuan lebih terampil dan lihai dalam mengurus sebuah persoalan,” terangnya.

Budaya patriarki, menurut Lorens, tidak akan menjadi penghalang lahirnya pemimpin perempuan di NTT.

“Memang selama ini terlihat perempuan menjadi kelompok kedua. Maka, seorang ibu ini, Ibu Emi, membuat terobosan baru. Bahwa martabat perempuan sederajat dengan laki-laki. Mereka yang lihai membaca tanda-tanda zaman akan memahami keadaan ini,” ungkapnya. (R2)

Advertisement


Loading...
error: Content is protected !!