HUKRIM
Tragis! Bocah SD di Sikka Ditemukan Tewas di Dasar Laut

MAUMERE, PENATIMOR – Kejadian tragis menimpa Aprilino AS (9), siswa kelas III SD asal Desa Seusina, Kecamatan Kewapante, Kabupaten Sikka.
Bocah malang itu ditemukan tewas tenggelam setelah nekat mandi di Pantai Harapan Jaya Krokowolon pada Rabu (5/3/2025) sore, tanpa sepengetahuan sang ibu.
Kasubsi PIDM Humas Polres Sikka, Ipda Yermi Soludale, membenarkan peristiwa nahas tersebut.
“Korban tenggelam sekitar pukul 15.20 WITA saat mandi di Pantai Harapan Jaya Krokowolon, Desa Waiara, Kecamatan Kewapante,” ujarnya, Kamis (6/3/2025).
Berawal dari Ajakan Teman
Sekitar pukul 14.00 WITA, Aprilino bersama delapan temannya dari Kampung Watu Wekak, Desa Heo Puat, berangkat ke pantai untuk berenang.
Salah satu rekannya, Blasius Dokubani (17), sempat melarangnya ikut karena mengetahui bahwa korban tidak bisa berenang. Namun, Aprilino tetap bersikeras pergi dengan alasan telah mendapat izin dari ibunya.
Setibanya di pantai, korban dan teman-temannya langsung bermain air. Namun, sekitar setengah jam kemudian, mereka tidak lagi melihat Aprilino.
Awalnya, mereka mengira korban sedang berada di daratan untuk buang air besar. Setelah beberapa saat mencari dan memanggil namanya, mereka menyadari bahwa korban hilang.
Ditemukan di Dasar Laut
Blasius kemudian mencoba menyelam dan menemukan tubuh Aprilino sudah tenggelam di dasar laut. Panik, ia langsung berteriak meminta pertolongan. Bersama teman-temannya, Blasius mengangkat tubuh korban ke daratan.
Kristoforus Kurniyanto, paman korban, segera melakukan pertolongan pertama dengan menekan perutnya.
Korban sempat mengeluarkan air dan busa selama sekitar satu menit, tetapi kondisinya tetap tidak membaik.
Para rekan korban segera membawa Aprilino ke IGD Rumah Sakit St. Gabriel Kewapante. Namun, setelah diperiksa oleh dokter jaga, dr. Diana, bocah itu dinyatakan meninggal dunia.
Keluarga Ikhlas, Tolak Otopsi
Pihak rumah sakit segera menghubungi keluarga korban. Polisi yang menerima laporan langsung mendatangi lokasi kejadian untuk melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) dan meminta keterangan para saksi.
Dari hasil pemeriksaan, diketahui bahwa korban tinggal bersama ibunya, sementara sang ayah bekerja di Kalimantan.
Sebelum kejadian, korban bersama ibunya berada di rumah pamannya, Kristoforus Kurniyanto, yang rencananya akan pergi ke pantai bersama.
Keluarga menyatakan menerima kejadian ini sebagai musibah dan menolak dilakukan otopsi terhadap jenazah korban. Mereka telah membuat surat pernyataan resmi terkait penolakan tersebut.(mel)
