EKONOMI
Bank NTT Siapkan Kredit untuk Peserta Vokasi dan Training Industri di Jerman
KUPANG, PENATIMOR – PT Bank Pembangunan Daerah (BPD) Nusa Tenggara Timur atau Bank NTT menandatangani kerjasama dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan NTT dan Yayasan Global Katalyst, terkait pelaksanaan pendidikan vokasi dan training industri bagi lulusan SMA-SMK.
Kegiatan kerjasama yang merupakan program untuk memberangkatkan lulusan SMA-SMK yang akan melanjutkan studi dan bekerja di Jerman ini berlangsung di Aula El Tari kantor Gubernur NTT, Rabu (16/8/2023) siang.
Direktur Utama Bank NTT, Harry Alexander Riwu Kaho, pada kesempatan itu, mengatakan, program ini adalah strategi dalam membangun daerah dan pembentukan generasi global yang bakal membangun NTT.
Menurutnya, dengan melakukan studi di luar negeri yang berbasis industri, secara langsung bisa mengasah SDM generasi NTT, dimana saat ini sekira 70 profesi akademik yang akan disasar oleh peserta pendidikan vokasi dan training industri ini.
Orang nomor satu di bank kebanggaan masyarakat NTT itu sampaikan, dalam progam pemerintah ini, keterlibatan Bank NTT adalah memberikan program perbankan yang bisa membiayai persiapan, keberangkatan hingga biaya 1 bulan pertama peserta berada di Jerman.
“Karena kita di NTT memiliki potensi besar, namun yang menjadi kekurangan adalah SDM atau pengetahuan, lalu dalam teknologi serta wawasan. Sehingga dari program kerja sama ini, tentu para peserta akan mendapatkan pendidikan sambil bekerja, dan mereka akan mendapatkan upah,” jelas bankir sukses yang biasa disapa Alex Riwu Kaho itu.
Untuk kedepannya, lanjut Alex, anak-anak NTT ini setelah kembali ke daerah, bisa memberikan warna baru dalam pembangunan, karena sudah memiliki pengalaman dan pengetahuan yang mumpuni semasa studi di Jerman.
Bank NTT ikut serta di dalam program ini, sehingga menurut Alex, apabila ada lulusan SMA-SMK yang berkeinginan menjadi peserta namun terkendala biaya, maka Bank NTT telah menyiapkan spin kredit, dan sampai saat ini untuk kepesertaan itu membutuhkan biaya Rp9.700.000 sampai Rp15.000.000.
Namun untuk pembiayaaan, Yayasan Global Katalyst juga sudah menempatkan dana jaminan ke Bank NTT, yang disebut skim kredit, sehingga nantinya pelajar setelah di Jerman baru mencicilnya.
Dengan demikian, program yang merupakan misi Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat dan Wagub Josef Naesoi untuk menyekolahkan orang muda NTT ke luar negeri akhirnya mulai terbukti.
Sementara itu, Kadis Pendidikan dan Kebudayaan NTT, Linus Lusi, menyampaikan bahwa dalam kerja sama ini, ditargetkan 3000 siswa lulusan SMA-SMK se-NTT yang akan diberangkatkan untuk melanjutkan pendidikan sambil bekerja di Jerman.
Sampai saat ini, sudah ada 150 calon mahasiswa dari target 3000 orang yang sudah mendaftar dan mengikuti pelatihan bahasa Jerman.
Perwakilan Yayasan Global Katalyst, yaitu Direktur PT Mahakam Anargya Samagata, Doddy Primanda Kadarisman, mengatakan, perusahaan mereka adalah bentukan dari Yayasan Global Katalyst yang berkedudukan di Jerman, dan bergerak pada sektor pendidikan dan sosial.
Untuk program pendidikan internasional, Doddy mengaku pihaknya sudah bekerja sama dengan 4 Pemprov di Indonesia. Dan, untuk menjalankan kerja sama tersebut, didirikan PT Mahakam Anargya Samagata yang bergerak di Indonesia.
Dalam program pendidikan vokasi ini, menurut Doddy, para calon mahasiswa akan diberangkatkan ke Jerman untuk mengenyam pendidikan S1 sambil bekerja di berbagai sektor industri.
“Pemerintah Jerman pun telah menerima niat baik dari Yayasan Global Katalyst, pasalnya secara pendidikan pun Jerman terbilang bagus, dan masalah Jerman saat ini adalah kurangnya tenaga kerja pada masyarakat usia produktif,” jelasnya.
Selain itu, Jerman akan berlakukan pendidikan subsidi 100% dari pemerintahnya yang dimulai pada tahun 2024, dari peluang pendidikan vokasi dan training industri yang bakal dilaksanakan.
“Karena pemerintah Jerman membuka luas kesempatan bagi anak-anak NTT untuk kuliah dan bekerja pada sektor industri dari perusahaan yang berada di Jerman,” imbuhnya.
Untuk program ini, mahasiswa dari NTT akan diberangkatkan ke Jerman dan diiayai oleh pemerintah daerah melalui anggaran Bank NTT.
Lalu mahasiswa akan mengikuti kuliah vokasi di kampus, dan juga bekerja pada sektor industri di Jerman dan mendapatkan upah kerja mulai dari Rp19 juta sampai Rp30 juta per bulan.
“Kuliah vokasinya gratis dan training industrinya nanti peserta dibayar mulai dari Rp19 juta sampai Rp30 juta per bulan. Ini program yang sangat unggul, dan sampai saat ini merupakan program satu-satunya yang ada di Jerman,” tandasnya.
Wakil Gubernur NTT, Josef Nae Soi yang hadir saat itu mengaku kerjasama itu merupakan momen bersejarah bagi NTT, karena 3000 siswa akan dikirim ke Jerman untuk belajar dan kerja.
Menanggapi persepsi bahwa NTT adalah provinsi paling miskin, Josef Nae Soi memotivasi para siswa untuk membuktikan ketika kembali dari Jerman harus berkontribusi membangun daerah.
Dia menekankan bahwa pendidikan di luar negeri seperti di Jerman memiliki peran penting untuk membangun masa depan yang lebih baik bagi generasi muda.
Josef Nae Soi mengambil contoh sukses Gubernur VBL dan dirinya, yang berasal dari latar belakang miskin, namun kini memiliki gelar S3 setelah menempuh pendidikan di luar negeri.
“Jadi bukan saya mau banggakan bahwa kami itu hebat. Kamu pasti lebih hebat dari kami. Namun prestasi ini untuk menginspirasi kalian,” jelasnya.
Wagub Nae Soi memberikan nasihat bahwa sekolah, kerja, dan kursus di luar negeri memerlukan komitmen dan disiplin yang tinggi.
“Jadi jangan hanya bermain yang tidak ada manfaatnya, sekolah di sana juga harus bangun tepat waktu karena disiplinnya tinggi, kerjanya juga sangat teliti,”
Dia juga mengingatkan siswa untuk tidak cepat merindukan kampung halaman dan tetap fokus pada tujuan mereka selama di Jerman.
“Kalau sudah berangkat ke Jerman harus fokus. Jangan sedikit – sedikit sudah rindu pulang ke kampung halaman,” pungkasnya.
Penandatanganan PKS antara ketiga belah pihak ini juga tak lepas dari peran sosok perempuan yang juga anggota DPR RI, Julie Sutrisno Laiskodat, atau akrab disapa Bunda Julie.
Istri Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat ini juga ikut memfasilitasi terjadinya kerja sama ini.
Kepada awak media usai menyaksikan penandatanganan PKS, Bunda Julie mengungkapkan, beberapa bulan lalu ada empat Kepala Sekolah dari NTT yang diutus Gubernur ke Jerman lewat program bersama Yayasan Global Katalyst.
“Jadi saat itu, tugas saya bersama Pak Kadis Pendidikan dan Kebudayaan NTT harus menindaklanjuti program ini karena sangat bagus,” jelas Bunda Julie.
Menurut Bunda Julie, program dari Global Katalyst sama halnya juga dengan beasiswa bergulir. Pada umumnya yang terjadi, jelas Bunda Julie, biasanya yang bisa mendapatkan beasiswa bergulir ini hanya orang-orang yang memiliki jaringan.
“Atau ada anak-anak di desa yang mungkin memiliki kemampuan, tetapi tidak memiliki dana untuk berangkat dan kebutuhan lainnya. Apalagi biaya yang ditanggung hanya saat berangkat dari Jakarta,” ungkap Bunda Julie.
“Sebelum berangkat ke Jerman, harus belajar bahasa Jerman selama enam bulan. Biaya kursus mencapai Rp9,7 juta ditambah biaya keberangkatan dari Kupang ke Jakarta sehingga total mencapai Rp15 juta untuk tahap awal,” sambungnya.
Karena hal tersebut, maka Bunda Julie pun meminta bantuan Bank NTT melalui kredit dengan bunga 0 persen. Kemudian, Bank NTT disinergikan dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan NTT untuk peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM).
“Bank NTT membantu memberikan pinjaman di awal tanpa bunga dan jaminan. Saat siswa bekerja di Jerman, hasilnya dipakai untuk pengembalian. Jadi ekosistemnya kami bentuk,” ujar Bunda Julie. (wil)