Connect with us

HUKRIM

Keluarga Korban Minta Edward Sailana Dihukum Berat

Published

on

Mikael Sine, paman kandung korban (jacket merah) , memberikan keterangan ke wartawan di rumah duka, Kelurahan Namosain, Kamis (17/5) malam.

Kupang, penatimor.com – Debby Anggreani Balla telah pergi menghadap Sang Khalik.

Dia pergi untuk selama-lamanya dengan cara yang sadis. Dia meregang nyawa secara tragis akibat 16 luka tusukan ditubuhnya.

Edward Sailana, kakek 69 tahun yang juga pensiunan guru SD itu telah menghabisi nyawanya secara membabi buta.

Berpulangnya gadis 26 tahun itu meninggalkan duka mendalam bagi orangtua, keluarga dan sahabat-sahabatnya.

Keluarga mengutuk perbuatan pelaku dan meminta aparat kepolisian di Polsek Maulafa menuntaskan kasus kematian sadis tersebut.

Keluarga juga mengutuk keterangan pelaku yang menyatakan almarhumah adalah seorang pekerja seks.

Mereka menyatakan keterangan pelaku ke polisi tersebut adalah keterangan palsu, pelecehan dan semakin menambah duka keluarga, sehingga harus dikembangkan lebih jauh motif pembunuhan.

Mikael Sine, paman kandung dari korban, kepada wartawan di rumah duka bilangan Kelurahan Namosain, Kamis (17/5) malam, menyatakan korban dalam kesehariannya di tengah keluarga adalah anak yang baik dan tidak pernah melakukan hal-hal aneh dan berprilaku menyimpang seperti yang dituduhkan pelaku.

“Anak kami ini juga sudah punya tunangan namanya Fradi Lede yang saat ini merupakan pegawai di Kantor Wali Kota,” kata Mikael.

Bahkan sesuai rencana dalam minggu ini kedua keluarga sudah berencana melakukan pengurusan pernikahan korban dan calon suaminya itu, karena hubungan pacaran keduanya sudah terjalin sejak tahun 2010.

Korban yang dalam keluarga merupakan anak ketiga dari lima bersaudara itu, lanjut Mikael, pada Selasa (15/5), mengalami sakit sehingga pamit ke rumah sakit untuk berobat.

Saat pamit ke rumah sakit, korban juga sampaikan sekaligus akan ke gereja untuk pelayanan.

Mikael mengaku ke RSB Kupang lebih dulu pukul 08.30 kemudian baru akan disusul korban sejam kemudian.

Di luar dugaan kata Mikael, korban rupanya tidak ke RSB, dan semenjak itu hilang kabar sehingga membuat keluarga panik dan melakukan pencarian ke keluarga dan teman-teman dekat korban.

“Kami cari ke mana-mana tapi nihil. Nomor handphone korban juga tidak aktif, sampai kami dapat informasi korban sudah meninggal jam lima sore dan mayat di RSB,” aku Mikael.

Atas informasi tersebut, keluarga langsung mendatangi kamar jenazah RSB di Jl. Nangka dan mendapati mayat korban dalam kondisi mengenaskan.

Polisi dan dokter kemudian melakukan otopsi untuk mengetahui penyebab kematian.

“Kami minta polisi tuntaskan kasus ini, dan tidak terpaut pada keterangan pelaku tentang pribadi anak kami, karena bagi kami semua itu bohong dan fitnah. Kami minta aparat penegak hukum agar pelaku dihukum seberat-beratnya setimpal dengan perbuatannya yang keji,” tandas Mikael yang didampingi beberapa orangtua dan keluarga besar korban. (R1)

Advertisement


Loading...