Connect with us

UTAMA

Setelah 98 Tahun, HUT Jemaat GMIT Ebenhezer Oeba Berubah ke Tanggal 1 Februari

Published

on

Para pendeta dan sejumlah tokoh penting di Jemaat Ebenhezer Oeba menekan sirine tanda peluncuran buku sejarah JEO, usai ibadah syukur HUT ke-98 tahun, Jumat (12/4) malam.

Kupang, penatimor.com – Peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-98 Jemaat Ebenhezer Oeba (JEO) dilakukan dengan menggelar kebaktian dan syukuran bersama jemaat.

Acara syukuran itu juga dipadukan dengan peluncuran buku sejarah Jemaat GMIT Ebenhezer Oeba.

Ketua Panitia HUT dan Launching Buku Gereja Ebenheser Oeba Drs. Ad Dohina, STh.,MM., kepada wartawan, usai ibadah syukur, Jumat (12/4) malam, mengatakan, dengan perayaan HUT ini diharapkan Jemaat Ebenhezer lebih memaknai perayaan ini dalam kehidupan sehari-hari.

Usia 98 tahun menurut dia, bukan usia yang mudah lagi, namun diibaratkan manusia, usia tersebut sudah sangat tua namun bukan berarti semangat beribadah serta untuk berpelayanan menurun tetapi mesti jemaat harus meningkatkan kepercayaannya kepada Tuhan.

Dikatakan gereja tersebut dibangun hanya beberapa orang namun karena semangat dan kecintaan kepada Tuhan maka samapi saat ini gereja tersebut masih berdiri kokoh.

Dilanjutkan, perayaan HUT kali ini berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, karena perayaan kali ini dilakukan bersamaan dengan peluncuran buku sejarah gereja.

Menurut dia, jemaat harus bersyukur karena dengan pertolongan Tuhan, walau jemaat telah menanti selama kurang lebih 15 tahun namun berkat dukungan seluruh jemaat akhirnya buku sejarah gereja besa dilaunching.

“Selama 15 tahun ini kami sudah membentuk 4 tim untuk mencari data dan menulis buku sejarah ini, namun 3 tim awal tidak berhasil dan pada tim yang ke 4 baru berhasil menulis buku tersebut,” ujarnya

Ia menambahkan selama ini jemaat merayakan HUT pada tanggal 1 April dikarenakan sesuai dengan pengakuan ahli waris pendeta yang pertama kali memimpin pada 1 April 1921.

Namun berdasarkan penelusuran diketahui fakta yang berbeda bahwa pendeta pertama mulai memimpin pada 1 Februari 1910.

“Dengan fakta yang ditemukan itu maka perayaan pada tanggal 1 April setiap tahun telah berakhir 2019 ini, dan tahun yang akan datang, perayaan HUT akan dilakukan pada bulan Februari,” katanya.

Menulis buku sejarah ini, bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada generasi yang akan datang untuk belajar dari masa lalu agar lebih meningkatkan iman dan kepercayaannya kepada Tuhan.

Gereja Ebenheser merupakan satu dari tiga gereja yang dibangun zaman Belanda yakni gereja di Benteng, Gereja Kota Kupang dan Gereja Ebenhezer Oeba.

Gereja Ebenhezer Oeba sendiri sejak dibangun memiliki wilayah pelayanan yang sangat luas sehingga dengan adanya perkembangan penduduk, gereja Ebenhezer memekar sebanyak lima gereja yakni Gereja Talitakumi Pasir Panjang pada tahun 1957, Gereja Kefas tahun 1962 dan Anugerah El Tari, lalu pada tahun 1965 dimekar kembali Gereja Peniel Oebobo, Gereja Galed pada tahun 2010.

Gereja tersebut yang diperhadapkan dengan masa sulit pada tahun 1918, namun para pendiri berusaha mendirikan gereja dengan bangunan setengah tembok dan beratap alang-alang.

Dana untuk pembangunan gereja saat itu mereka memanfaatkan peran ibu-ibu yang pintar menenun lalu menenun dan hasilnya dipasarkan ke Pulau Jawa.

“Tahun itu peran ibu-ibu sudah dimanfaatkan untuk membangun gedung apalagi sekarang ini. Maka dengan sejarah ini kita terus mendorong agar para pemuda-pemudi mengelola kemampuan serta kecanggihan teknologi saat ini untuk terus membangun gereja ini ke depannya,” ungkapnya.

Sejak didirikan sampai saat ini, Jemaat Ebenhezer Oeba memiliki kurang lebih 7.518 jiwa.

Jumlah tersebut mengalami peningkatan pesat setelah tahun 1919 jumlah jemaat 635 jiwa.

Jumlah pendeta yang tercatat melayani di gereja tersebut sebanyak 24 orang dan yang aktif saat ini berjumlah 4 orang pendeta. (R1)

Advertisement


Loading...
error: Content is protected !!