Connect with us

UTAMA

Mantan TKW Ungkap Mafia Trafficking Berkedok Hamba Tuhan

Published

on

Talk show tentang human trafficking, kewirausahaan dan ekologi berlangsung di gedung kebaktian Jemaat GMIT Bet'el Maulafa, Selasa (8/1).

Kupang, penatimor.com – Panitia Natal 2018 Pemuda Teritori IV Klasis Kupang Tengah menggelar talk show tentang human trafficking, kewirausahaan dan ekologi. Talk show ini digelar di gedung kebaktian GMIT Bet’el Maulafa, Selasa (8/1).

Talk show ini menghadirkan narasumber dari Sinode GMIT, Pdt. John Campbell Nelson, dosen Jurusan Teknik Mesin Undana Ben Vasco Tarigan dan Ketua Majelis Jemaat Bet’el Maulafa Pdt. Lorine Lena-Foeh.

Untuk diketahui, gereja teritori IV Klasis Kupang Tengah, terdiri dari GMIT Bet’el Maulafa, Tamariska Maulafa, Betesda Maulafa, Kaisarea BTN, Benyamin Oebufu, Maranatha Oebufu, Gloria Kayu Putih, Tiberias TDM, Ebenhezer Iungboken, Imanuel Kolhua dan Lahairoi Tofa.

Mariance, yang merupakan mantan TKI, dalam kesaksiannya mengatakan, dirinya bekerja di luar negeri pada tahun 2014 dan pulang pada tahun 2015 lalu.

Dia mengaku mengalami kekerasan fisik dan psikis saat bekerja di Malaysia selama 8 bulan.

Dia mengatakan, banyak TKI dan TKW yang meninggal dunia. Hal ini tentunya menyisahkan luka yang mendalam bagi keluarga, terutama anak-anak, suami atau istri maupun orangtua.

“Waktu saya bekerja di Malaysia pada tahun 2014, saya diajak seseorang, dan berjanji saya akan dapatkan pekerjaan dengan gaji yang memuaskan. Ketika saya sudah sampai di sana, kami dikontrak selama dua tahun. Saya di rumah majikan saya selama delapan bulan,” katanya.

Dia mengaku tinggal di apartemen dan kesehariannya mengurus lansia berusia 90 tahun.

“Awalnya berjalan lancar. Saya kerja mulai pukul 05.00 pagi, dan dipaksa kerja tanpa mengenak pakaian,” ujarnya.

Dia mengaku, oknum perekrut juga melatarbelakangi gereja atau berkedok sebagai hamba Tuhan untuk merekrut tenaga kerja, sehingga tidak bisa diketahui bahwa semuanya ini tidak benar dan akan berakhir malapetaka.

“Saya juga yakin bahwa ini benar, karena sejak awal mereka yang merekrut mengaku sebagai hamba Tuhan,” ujarnya.

Sementara itu, Pdt. John Campbell Nelson, mengatakan, langkah pertama yang harus dilakukan gereja adalah membersihkam gereja dari oknum-oknum yang membawa nama gereja sebagai modus untuk merekrut para pekerja.

“Kalau di Kota Kupang sendiri, memang gereja susah untuk mendeteksi karena korban dan jaringannya sangat tertutup. Sehingga sangat dibutuhkan peran aktif masyarakat dan tetangga, untuk melaporkan hal semacam ini kepada aparat keamanan dan gereja,” katanya.

Dia mengatakan, GMIT juga sudah punya rumah aman bagi para eks TKI.

“Kami juga terus mendorong kaum muda dan lainnya agar mau tinggal di daerah. Salah satunya dengan membuat pelatihan-pelatihan agar adanya lapangan pekerjaan, dengan keterampilan yang ada, digunakan untuk membuka lapangan pekerjaan baru,” ujarnya.

Menurut dia, lingkungan merupakan salah satu faktor paling penting dalam mencegah terjadinya tindak pidana perdagangan orang.

Sementara itu, Ben Vasco Tarigan, mengatakan, yang terjadi di NTT sekarang adalah di kampung-kampung tidak ada lagi anak muda. Semuanya sibuk keluar untuk sekolah dan mencari pekerjaan.

“Saya berharap anak muda NTT bisa berpikir untuk membangun daerah, membangun desa sendiri. Setelah sekolah di kota, maka pulanglah ke kampung halaman untuk membangun desa sendiri,” kata Ben.

Dia menjelaskan, menjadi ASN haruslah menjadi pilihan terakhir bagi anak muda. Dan menjadi wirausaha haruslah menjadi pilihan utama.

“Kerjakanlah apa yang ada di depan mu, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh, dan jadilah berguna bagi sesama mu,” ujarnya. (R1)

Advertisement


Loading...
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *