POLKAM
Simbolon Minta PLN NTT Buat Perbatasan RI-RDTL Terang Benderang
Kupang, Penatimor.com – Penjabat Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT), Robert Simbolon meminta pihak untuk membuat daerah perbatasan RI-RDTL di wilayah NTT terang benderang, karena merupakan etalase atau ‘wajah’ Negara.
Hal ini disampaikan Simbolon saat audiensi dengan General Manager PLN Wilayah NTT, Christyono di ruang kerja penjabat gubernur, Rabu (1/7/2018). Audensi ini untuk berkenalan sekaligus menyampaikan kondisi sistem kelistrikan di NTT.
Menurut Simbolon, Pemerintah NTT dengan Pemerintah Negara Republik Demokratik Timor Leste (RDTL) sedang membahas mengenai persoalan daerah Maritaing, perbatasan laut Kabupaten Alor dengan RDTL.
Pada kesempatan itu, Simbolon menekankan dua hal penting yang harus dipersiapkan PLN ke depan. Pertama, PLN harus mempunyai desain rencana jangka panjang kebutuhan listrik di NTT, dengan melihat pertumbuhan, terutama untuk menarik masuknya investor ke NTT. Misalnya, investor pabrik garam dan smelter.
“Hal kedua bagaimana membuat perbatasan kita dengan Timor Leste terang benderang karena merupakan wajah Negara,” ungkap Simbolon.
Selain itu, Simbolon juga meminta PLN untuk menyiapkan sistem kelistrikan yang cukup untuk mendorong pertumbuhan pembangunan sektor pariwisata di NTT ke depan.
“Ada dua hal penting dalam pembangunan sektor pariwisata, yakni tersedianya air dan Listrik,” kata Simbolon.
Sementara itu, GM PLN Wilayah NTT, Christyono didampingi Manager PLN Area Kupang, Elpis Sinambela dan beberapa staf, melaporkan kepada Penjabat Gubernur NTT, bahwa kondisi kelistrikan di NTT secara menyeluruh dalam keadaan aman dan terkendali.
Sehubungan dengan “Program NTT 100 Persen Desa Berlistrik” yang dicanangkan Presiden Joko Widodo akhir tahun 2016 lalu, Christyono menyampaikan, PLN sedang melaksanakan pekerjaan melistriki total desa belum berlistrik di NTT sebanyak 1200 desa. Jumlah tersebut direncanakan sebanyak 600 desa menyala tahun 2017 dan sisanya 600 desa lagi menyala tahun 2018.
Progres pekerjaan listrik di desa-desa berjalan baik dengan sejumlah kendala. Kendala itu antara lain, akses jalan menuju lokasi desa yang akan dilistriki sangat minim sehingga sulit dijangkau untuk membawa material.
“Kami akan melakukan evaluasi kembali terkait kendala akses jalan ke daerah terpencil tersebut,” ungkap Christyono.
Hal lain yang dilaporkan adalah terkait sistem kelistrikan di NTT. Christyono menjelaskan, NTT memiliki tiga sistem kelistrikan besar, yakni Sistem Timor, Sistem Flores dan Sistem Sumba. Sistem Timor adalah yang paling baik karena sudah menggunakan transmisi Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 70 kV yang menghubungkan seluruh Pulau Timor.
“Sistem Flores belum seluruhnya terhubung oleh transmisi, dan sedangkan proses pembangunan. Sedangkan Sistem Sumba belum ada transmisi, namun baru dibangun pembangkit besar,” ujarnya.
Menyinggung fasilitas listrik, khusus di daerah perbatasan dengan negara Republik Demokrat Timor Leste (RDTL), Christyono menyatakan, suplai listrik sudah baik di daerah perbatasan. Lokasi Wini, perbatasan antara Kabupaten Timor Tengah Utara dengan Distrik Oecusi-Timor Leste dan lokasi Desa Motaain, Kabupaten Belu berbatasan dengan Distrik Bobonaro, Timor Leste.
“Sedangkan Desa Oepoli, Kecamatan Amfoang Timur, Kabupaten Kupang yang berbatasan dengan Distrik Oecusi, Timor Leste, listrik baru dilayani dalam waktu satu tahun terakhir karena kondisi medan sangat berat,” papar Christyono. (R2)